Rabu, 28 Oktober 2015

Mitra Raflesia Vol. 4 No. 2 Juli – Desember 2012



MOTIVASI KADER POSYANDU MADYA DI PUSKESMAS PASAR IKAN BENGKULU

Zulkarnain Mr

Health Community Education Program, STIKes Bhakti Husada
Jl. Kinibalu 8 Kebun Tebeng Bengkulu Telp (0736) 23422
email : stikesbh03@gmail.com


ABSTRACT

           Results of preliminary observations of 69 cadres, cadres found inactive as much as 30 cadres in performing their duties on the day open posyandu. The problem in this study is the decrease in the activity of the working activities of a cadre of health centers in the region posyandu Bengkulu City Fish Market. The purpose of the study was to determine the relationship of the level of knowledge, education and motivation with liveliness Kader IHC Health Center Associate Job region of Bengkulu City Fish Market. This type of research is an analytical descriptive cross sectional design. The population there are 66 cadres and all were sampled. Univariate and bivariate analyzes with statistical test Chi-Square
The results were obtained p value = 0.029 for knowledge with liveliness cadres, and 0,045 for the liveliness cadre education and motivation with liveliness 0.041 for cadres. Conclusion is that there is a relationship level of knowledge, education and motivation with liveliness cadres who are in the territory of middle posyandu Health Center Bengkulu City Fish Market. Clinic staff should be advised to increase outreach to the neighborhood health center with a cadre of health topics in order to increase their knowledge. In addition to the clinic should be proposed to the local government to provide benefits or rewards to the active cadres .

Keywords : Level of Knowledge , Education , Motivation , active cadre



PENDAHULUAN

            Dunia Internasional mengetahui bahwa kesehatan masyarakat telah meningkat pesat sebagai akibat dari pendekatan yang kini disebut sebagai “Pelayanan Kesehatan Utama“ salah satu unsur dari pendekatan tersebut adalah pemakaian kader kesehatan masyarakat guna: 1). Memberikan pelayanan kesehatan ditempat penduduk bertempat tinggal dan bekerja, (2). Membantu masyarakat dalam mengidentifikasi kebutuhannya dibidang kesehatan, (3). Membantu masyarakat dalam memecahkan permasalahan mereka sendiri dibidang kesehatan (WHO, 1995).
            Pada tahun 1984 dikeluarkanlah instruksi bersama antara Menteri Kesehatan, kepala BKKBN dan Menteri Dalam Negeri, yang mengintegrasikan berbagai kegiatan yang ada dalam masyarakat dalam satu wadah yang disebut dengan nama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Didalam posyandu tersebut ada 5 kegiatan yaitu, KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan penanggulangan diare. Pencanangan posyandu yang merupakan bentuk baru ini dilakukan secara massal untuk pertama kali oleh presiden Republik Indonesia pada tahun 1986 di Yogyakarta, bertepatan dengan hari kesehatan Nasional. Sejak saat itu posyandu tumbuh dengan pesat (Pedoman Pengelolaan Posyandu, 2005).
Terjadi perkembangan yang sangat luar biasa tahun 1990, yakni dengan keluarnya Instruksi Menteri Dalam Negeri No 9 Tahun 1990 tentang peningkatan pembinaan posyandu. Melalui instruksi ini seluruh kepala daerah ditugaskan untuk meningkatkan pengelolaan mutu posyandu, pengelolaan posyandu dilakukan oleh satu kelompok kerja oprasional (Pokjanal), posyandu yang merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dengan pemerintah (Pemda) dan jumlah posyandu pada tahun 1986 itu adalah 25.000 posyandu sedangkan pada tahun 2004 meningkat 245.154 posyandu, namun bila ditinjau dari aspek kualitas masih ditemukan banyak masalah antara lain kelengkapan sarana, keterampilan kader yang belum memadai dan motivasi kader  kurang (Pedoman Pengelolaan Posyandu, 2005).
Sejumlah para ahli mengatakan motivasi sebagai determinan kerja,  dipengaruhi oleh faktor motivator yang dimanivestasikan pada keberhasilan, penghargaan, tanggung jawab, pekerjaan dan peningkatan diri, teori tersebut juga menjelaskan bahwa motivasi dapat dilakukan bila atasan dapat menciptakan kondisi kerja yang konduktif bagi personil seperti adanya pekerjaan yang menantang dan berarti kesempatan utuk berkembang, menggunakan keterampilan secara penuh, serta adanya keterlibatan dalam pengambilan keputusan. Motivasi yang setinggi-tingginya pada ahirnya secara langsung dapat meningkatkan kinerja individu (Notoadmojo S, 1993).
 Perkembangan posyandu di Indonesia mengalami penurunan, jika pada tahun 2001 jumlah posyandu mandiri 3,1% maka pada tahun 2004 menjadi 2,9%. Penurunan jumlah posyandu ini berdampak menurunnya jumlah kader yang aktif. Jumlah kader yang aktif hanya ada 30%. Kurang aktifnya kader posyandu disebabkan karena sebagian besar kader belum mampu mandiri dan sangat tergantung pada petugas puskesmas sebagai pembina serta penghargaan terhadap kader masih rendah (Depkes RI, 2006).
            Posyandu aktif adalah posyandu yang melaksanakan kegiatan hari buka dengan frekuensi, lebih dari delapan kali pertahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas adalah lima orang atau lebih, cakupan utama (KIA, KB, Gizi, Imunisasai) lebih dari 50% dan sudah ada program tambahan, serta cakupan dana sehat < 50%. Posyandu pratama adalah posyandu yang kegiatan pelayanannya belum rutin dan jumlah kader masih terbatas. Posyandu madya adalah posyandu dengan kegiatan lebih teratur dibandingkan dengan posyandu pratama dan jumlah kader lima orang. Posyandu purnama, posyandu dengan frekuensi kegiatan lebih dari delapan kali per tahun rata-rata jumlah kader tugas lima/lebih, dan cakupan lima program utamanya KB, KIA Gizi dan Imunisasi lebih dari 50%, serta sudah ada program tambahan. Posyandu mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan lima progam utamanya sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau 50% KK (Depkes, 2009).          
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kota Bengkulu tahun 2008, terdapat 1.815 posyandu terdiri dari posyandu tingkat peratama sebanyak 380              (26,9%), tingkat madya sebanyak 986 posyandu (54,3), tingkat purnama sebanyak 368 (20,3%), dan posyandu mandiri sebanyak 81 posyandu 9 (4,5%). Sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu adalah sebanyak 194 posyandu yang terdiri dari, posyandu tingkat pratama berjumlah 30 (15,46%), tingkat madya berjumlah 124 (53,92%), tingkat purnama berjumlah 32 (16,49%) dan tingkat mandiri berjumlah 8 (9 412%).
             Diwilayah kerja puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu terdapat 15 posyandu dengan 69 kader aktif, yang terdiri dari katagori posyandu tingkat purnama berjumlah 5 posyandu dengan 28 kader aktif, dan tingkat madya berjumlah 10 posyandu dengan 41 kader aktif. Kader tidak aktif terdapat 30 orang, yang terdiri dari katagori posyandu tingkat purnama berjumlah 5 kader yang tidak aktif sedangkan tingkat madya 25 orang kader yang tidak aktif, jadi total kader yang terdaftar dipuskesmas Pasar Ikan 99 kader, diantaranya 59 orang kader yg sudah dilatih (Puskesmas Pasar Ikan, 2009).
Idia Erawati  (2006), menyatakan bahwa Pengetahuan kader dapat mempengaruhi keaktifan kader diposyandu kader mempunyai pengetahuan yang tinggi maka akan aktif dalam kegiatan posyandu. ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakaktifan kader diposyandu diantaranya tingkat pengetahuan, pendidikan formal, tidak mengikuti kegiatan posyandu dan tidak mengikuti pembinaan. Muhchdarsyah S (2000), menyatakan bahwa ada hubungan motivasi dengan produktifitas kerja. Hasil penelitian Mardiana (2007) dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader posyandu diwilayah kerja puskesmas tanjung enim menunjukkan bahwa motivasi mempengaruhi keaktifan kader posyandu. 
Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan dan Motivasi Kader dengan Keaktifan Kader Posyandu  Diwilayah Kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian secara Deskriptif yang bersifat analitik dengan rancangan Cross Sectional, dimana pengambilan data variabel independen maupun variabel dependen dilakukan secara bersama-sama (Notoatmodjo, 2002). Variabel independen adalah Tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan dan motivasi. Variabel dependen adalah keaktifan kader. Definisi operasional variabel tingkat pengetahuan adalah Pengetahuan kader posyandu selama menjadi kader dalam kegiatan posyandu, dengan hasil ukur : 2. Tinggi , 1. Rendah; variabel tingkat pendidikan adalah Pendidikan terakhir yang pernah diikuti oleh kader posyandu dan mempunyai ijazah, dengan hasil ukur  :1. Dasar, 2.  Tinggi; variabel motivasi adalah Dorongan atau minat yang ditunjukkan oleh kader dalam melaksanakan tugas-tugas posyandu dengan hasil ukur  : 2. Tinggi bila Scor ≥ mean  dan 1.Rendah bila skor < mean; variabel keaktifan kader adalah Tingkat kehadiran kader dalam kegiatan posyandu yang tercatat dalam buku kehadiran dengan hasil ukur : 1. Tidak aktif dan 2. Aktif
Penelitian dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu dari bulan Mei sampai Juni  2010
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kader di 10 Posyandu Tingkat Madya yang ada diwilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu yang berjumlah 66 orang kader. Sampel yang digunakan  adalah seluruh populasi dengan teknik total sampling, yaitu semua populasi dijadikan sebagai sampel.
Teknik Pengumpulan data menggunakan instrumen kuisioner yang diadopsi dari Rosmilawati (2006) dan Mardiana (2007).
Analisis  univariat untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel dan analisis bivariat untuk mengetahui  hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji statistik dengan Chi-Square dengan kriteria: Jika: ≤ 0,05 maka Ha ditrerima, yang berarti ada hubungan antara variabel independen dan dependen.

HASIL  DAN PEMBAHASAN

HASIL

Hasil analisis univariat dari responden 66, pada variabel tingkat pengetahuan didapatkan tingkat pengetahuan lebih dari sebagian (54,5 %)  responden mempunyai tingkat pengetahuan rendah, Variabel pendidikan  hampir sebagian (33,3%)  mempunyai tingkat pendidikan rendah, variabel motivasi hampir sebagian (43,9 %) dari responden mempunyai motivasi rendah  dan  variabel keaktifan kader lebih dari sebagian (53 % ) tidak aktif.
Hasil analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel tingkat pengetahuan, pendidikan dan motivasi dengan variabel keaktifan kader posyandu, bahwa dari seluruh responden yang berjumlah 66, sebanyak 36 responden mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan sedang terdapat lebih dari sebagian (66.7 %)  tidak aktif. Sedangkan dari 30 responden yang pengetahuannya tinggi terdapat hampir sebagian (36.7 %)  tidak aktif. Hasil analisis dengan uji Chi-Square untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu didapatkan nilai p =0,029 (p<0,05), ini dapat diartikan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu.
Hubungan Pendidikan Dengan Keaktifan Kader Posyandu Madya Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu, dari seluruh responden yang berjumlah 66, sebanyak 22 responden mempunyai tingkat pendidikan rendah dan sedang terdapat  hampir sebagian (27.3 %)  aktif. Sedangkan dari 44 responden yang pendidikan tinggi hampir sebagian (43.2 %) tidak aktif. Hasil uji Chi-Square untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan keaktifan kader posyandu didapatkan nilai p =0,045 (p<0,05), ini dapat diartikan ada hubungan yang  bermakna antara pendidikan dengan keaktifan kader posyandu.
Hubungan Motivasi  Dengan Keaktifan Kader Posyandu Madya Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu, bahwa dari seluruh responden yang berjumlah 66, sebanyak 29 responden mempunyai Motivasi rendah dan sedang terdapat  hampir sebagian (31.0 %)  aktif. Sedangkan dari 39 responden yang motivasi tinggi hampir sebagian (40.5 %) tidak aktif. Hasil uji Chi-Square untuk melihat hubungan antara motivasi dengan keaktifan kader posyandu didapatkan nilai p =0,022 (p<0,05), ini dapat diartikan ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan keaktifan kader posyandu. 

PEMBAHASAN

Analisis Univariat Variabel Tingkat Pengetahuan yang dilakukan terhadap 66 orang kader di Posyandu Madya Puskesmas Pasar Ikan Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu, bahwa pengetahuan kadernya berbeda-beda, dari yang rendah, sedang dan  tinggi. Pada tingkat ini penulis membagi menjadi tiga kelompok yaitu pengetahuan rendah, sedang dan tinggi. Pengetahuan rendah dan sedang yang diperoleh setelah dilakukan penelitian sebanyak 36 oarang kader (54,5%) ini membuktikan bahwa masih ada kader yang mempunyai pengatahuan kurang, sedangkan pengetahuan tinggi diperoleh 30 orang kader (45,5%). Pengetahuan yang kurang disebabkan oleh karena kader posyandu madya puskesmas Pasar Ikan belum mampu memahami atau mengaplikasikan tugas atau pekerjaan sebagai seorang kader sesuai dengan tingkat pengetahuan yang mereka miliki. Sesuai pendapat Notoatmodjo (2002) menjelaskan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu dan pengetahuan merupakan faktor utama yang sangat penting untuk terbentunya tindakan seseorang (oven behaviour), karena perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan akan bertahan lebih lama dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, begitu juga kader mereka akan aktif dalam kegiatan posyandu apabila mereka memiliki pengetahuan yang tinggi, dan tidak akan bertahan aktif bila mereka memiliki pengetahuan rendah.
Pengetahuan dapat  berkembang setiap saat dimana dimana proses belajar memegang peran penting dalam perkembangan pengetahuan. Pada dasarnya kader posyandu memilki pengetahuan tentang pentingnya posyandu diadakan dalam masyarakat untuk memajukan kesehatan masyarakat dan itu merupakan pekerja mulia untuk membantu sesama. Kader akan menyadari bahwa pentingnya aktif dalam kegiatan posyandu berdasar  pengetahuan yang dimilki.
Variabel Tingkat Pendidikan,  Kader Posyandu Madya yang berada diwilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan pada tahun 2009 berjumlah 66 orang kader dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda mulai dari SD sampai dengan Akademi/PT. Pada tingkat ini penulis membagi menjadi tiga kelompok pendidikan yaitu, pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Dikatakan pendidikan dasar jika tamatan SD dan SLTP, dikatakan pendidikan menengah jika tamatan SLTA, dan dikatakan pendidikan tinggi jika tamatan Diploma keatas.
Kader yang tingkat pendidikannya SD dan SLTP berjumlah 22 orang (33,3%), hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kader posyandu madya yang ada diwilayah kerja puskesmas Pasar Ikan masih banyak yang rendah.   Kader yang berpendidikan SLTA dan Diploma 44 orang kader (66,7%) orang. Menurut Handoko (2000) dengan bertambahnya tingkat atau jenjang pendidikan, maka akan meningkat pula kemampuan dan keterampilan seseorang.
Pendidikan yang kurang disebabkan oleh ekonomi masyarakat sekitar dan kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk kemajuan diri, masyarakat, bangsa dan negara, dengan pendidikan yang mereka tempuh maka mereka dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, menambah ilmu dan mengembangkannya, membuat meraka mudah menerima apa yang mereka dengan sehingga dapat memahami arti dan kegunaannya. 
Variabel Motivasi, Kader sebanyak 66 orang , dengan hasil penelitian kader yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 37 orang (56,1%), namun masih banyak juga kader yang memiliki motivasi rendah yaitu sebanyak 29 orang (43,9%). Kader yang memiliki motivasi yang rendah akan mengakibatkan rendahnya produktivitas kerja sehingga kader tidak aktif dalam menjalan tugasnya diposyandu.
Hal ini sejalan dengan pendapat Muchdarsyah (2000) yang mengemukakan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan produktivitas kerja. Motivasi yang tinggi dapat menghasilkan produktifitas kerja yang tinggi juga, sebaliknya jika motivasi rendah akan akan mengakibatkan produktivitas kerja yang rendah pula.
Pekerjaan mereka tidak semua dapat menarik minat sesuai dengan kebutuhannya, masi banyak responden yang motivasinya rendah. Hal ini dikarnakan masih kurangnya motivasi responden sehingga menimbulkan produktivitas kerja yang rendah. Motivasi dapat juga didasarkan dengan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu ingin dan mau melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk menjadiakan atau mengelakkan perasaan tidak suka.
Keaktifan Kader, Kader Posyandu Madya yang terdapat dipuskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu sebanyak 66 orang, bahwa kader yang aktif sebanyak 31 orang (47,0%) hal ini disebabkan karena pengetahuan, pendidikan dan motivasi mereka cukup tinggi, namun dalam hal ini masih banyak kader yang tidak aktif sebanyak 35 orang (53,0%) hal ini dikarenakan kader mempunyai pengetahuan rendah, pendidikan dasar dan motivasi yang kurang.
            Hasil diatas kurang sesuai dengan Depkes (2004), bahwa dalam melakukan kegiatan posyandu harus proaktif terhadap kegiatan yang akan dilakukan pada waktu posyandu karena posyandu dilakukan satu bulan sekali. Kader adalah penggerak masyarakat yang mampu mengelola kegiatan posyandu, karena kader yang paling memahami kondisi kebutuhan masyarakat diwilayahnya, oleh karena itu kader posyandu menjadi bagian yang paling penting dalam upaya memajukan kesehatan keluarga dan  masyarakat dilingkungannya sendiri.
            Uraian diatas menunjukkan bahwa pentingnya kader aktif dalam lingkungannya sendiri, keaktifan kader menentukan maju atau tidaknya kesehatan keluaraga dan masyarakat dilingkunganya, kesadaran akan keaktifan  kader dalam hal ini sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat.
Analisis Bivariat, Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Keaktifan Kader  Posyandu Madya Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan keaktifan kader. Kenyataan dilapangan bahwa sebagian besar responden yang memilki pengetahuan baik tentang posyandu dan kegiatan kader posyandu akan memiliki kesadaran dan kemauan yang baik sehingga bisa menjadi aktif dalam menjalan tugas sebagai  seorang kader.          
  Pengetahuan  merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, Pengetahuan bisa didapat tanpa menempuh pendidikan karena pengatahuan bisa didapatkan berdasarkan pengalaman yang didapat atau hasil tau manusia dalam kegiatannya sehari-hari. Jika masyarakat dapat memahami, mengaplikasi, menganalisa, mengevalusi, dapat ,merencanakan, menyusun dan menyesuaikan maka masyarakat akan mudah untuk mendapatkan pengetahuan.
  Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan kader adalah pengetahuan. Pengetahuan disini diartikan sebagai hasil tahu kader dalam mengikuti kegiatan posyandu. Mereka yang berpengetahuan tinggi akan lebih bersemangat karena mereka bisa melakukan tugas tersebut berdasarkan pengalaman dan   mereka yang berpengetahuan rendah akan kurang bersemangat karena mereka kurang bisa melakukan tugas kader disebabkan oleh pengetahuan yang kurang,. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan sangat mempengaruhi keaktifan kader posyandu.
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p =0,032 (p<0,05), ini dapat disimpulkan  bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader Posyandu Madya wilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu. Hasil penelitian ini menunjukkan sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh Moedjinto bahwa pengetahuan kader sangat mempengaruhi keaktifan kader.  
Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Keaktifan Kader Posyandu  Madya Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan keaktifan kader posyandu madya puskesmas pasar ikan. Sebagian besar kader posyandu madya puskesmas pasar ikan memiliki pendidikan rendah yaitu SD dan SLTP. Hal ini tidak sesuai menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pemblajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, Ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat untuk memajukan kemampuan dan mendapatkan ilmu yang harus dipelajari dan mengembangkannya. Pendidikan masyarakat juga merupakan masalah mendasar yang dapat menentukan keberhasilan suatu program. Salah satu faktor yang mempengaruhi keaktifan kader adalah pendidikan, Pendidikan disini diartikan sebagai pendidikan terahir yang pernah ditempuh oleh kader dan mempunyai ijazah. Mereka yang berpendidikan tinggi akan lebih mengutamakan pekerjaan karena itu penting untuk mewujudkan kemajuan masyarakat terutama kesehatan dan mereka yang berpengetahuan rendah pasti akan kurang perhatian karena meraka tidak tau akan pentingnya kemajuan kesehatan masyarakat. Penjelasan diatas menunjukkan bahawa tingkat pendidikan sangat mempengaruhi keaktifan kader.
Dari hasil Chi Square diperoleh  nilai p =0,010 (p<0,05), ini dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan keaktifan kader Posyandu Madya  diwilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu. Hal ini sesuai seperti yang telah diungkapkan oleh Moedjinto bahwa tingkat pendidikan formal sangat mempengaruhi keaktifan kader.
Hubungan Antara Variabel Motivasi dengan Keaktifan Kader posyandu Madya Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkiulu. Berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bahawa ada hubungan yang bermakna antara variabel motivasi dengan keaktifan kader. Sebagian besar kader posyandu madya puskesmas pasar ikan memiliki motivasi yang rendah hal ini menyebabkan ketidak aktifan kader posyandu. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan tujuan motivasi menurut Melayu S.P Hasibuan (2003) bahwa motivasi bertujuan untuk meningkatakan moral dan produktivitas kerja, meningkatkan kepuasan kerja
Motivasi kader juga bisa ditingkatkan dengan memberikan imbalan atas hasil kerja kader yang baik dan aktif dalam menjalan tugasnya diposyandu, bisa juga dengan memberikan penghargaan brupa piaga. Motivasi juga  bisa tumbuh dalam diri sorang kader apabila mereka menyadari akan pentingnya peran seorang kader dalam kegiatan posyandu, karena posyandu itu sendiri dilakukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat sekitar.
Motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasai, karena motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan memelihara prilaku manusia. Menurut Gouzali Syadam (1996) ketidak aktifan kader disebakan karena kader tugas posyandu di puskesmas Pasar tidak mendapat pengahargaan/imbalan, keinginan dan harapan pribadi seorang kader kurang  dan juga kesibukan dalam pekerjaan pribadi membuat kader tidak bisa aktif dalam tugasnya. Motivasi disini diartikan sebagai suatu sikap kader terhadap situasi kerja dalam lingkungan organisasi. Kader yang bersifat positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi yang tinggi, dan sebaliknya jika kader bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi sangat berpengaruh terhadap keaktifan kader.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN
Tingkat pengetahuan, pendidikan dan motivasi ada hubungannya dengan keaktifan kader posyandu di wilayah kerja puskesmas Pasar Ikan

SARAN

Disarankan kepada petugas di puskesmas hendaknya meningkatkan penyuluhan kepada kader posyandu tentang tugas kader, pentingnya melaksanakan posyandu dan masalah kesehatan sehingga pengetahuan meraka bisa meningkat. Kepada pemerintah daerah supaya menjalankan program pendidikan gratis supaya masyarakat bisa memperoleh pendidikan yang tinggi tanpa hambatan ekonomi. Selain itu kepada pemerintah daerah supaya memberikan imbalan atau penghargaan kepada kader yang aktif  agar motivasi mereka meningkat untuk aktif dalam mealaksanakan kegiatan posyandu.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi 6. Rhineka cipta. Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. (2004). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. Bengkulu.
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. (2006). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. Bengkulu.
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. (2009). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. Bengkulu.
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. (2009). Profil Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. Bengkulu.
                . (1999) . Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga.Tim Lintas Sektoral.  Jakarta.
Gouzali, Syadam. (1996). Menejemen Sumber Daya Manusia. Jilit 1. PT Toko Gunung Agung. Jakarta.
Hasibuan, Malayu S.P. (2003). Menejemen Sumber Daya Manusia,. Cetakan ke-6. Bumi Aksara. Jakarta.
Idia Erawati. (2006). Hubungan Pengetahuan Tentang Peran Kader Terhadap Keaktipan  Kader Posyandu Madya Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu. Skripsi Kesehatan Masyaraka Universitas Muhamadya Bengkulu.
Mardiana. (2007). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Posyandu Diwilayah Kerja Puskesmas Tanjung Enim. Skripsi Jurusan Kesehatan Masyarakat Stikes Abdi Nusa Palembang.
Notoadmojo, S. (1993). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta
____________  (2002). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Prilaku. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Rosmilawati. (2006). Hubungan Karakteristik Kader Dengan Keaktifan Dalam Kegiatan Posyandu Dipuskesmas Kabawetan Kepahaiang. Skripsi Jurusan Keperawatan Poltekes Bengkulu. 
T, Hani Handoko. (2000). Menejemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta. Liberty.
Laporan Puskesmas Pasar Ikan. (2009). Rencana Usulan Tahunan. Puskesmas Pasar Ikan
Sinungan, Muchdarsyah. (2000). Produktifitas: Apa dan Bagaimana. Jakarta. Bumi Aksara.
WHO. (1995). Kader Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar