MOTIVASI KADER POSYANDU
MADYA DI PUSKESMAS PASAR IKAN BENGKULU
Zulkarnain Mr
Health Community Education
Program, STIKes Bhakti Husada
Jl. Kinibalu 8 Kebun Tebeng Bengkulu Telp (0736) 23422
email :
stikesbh03@gmail.com
ABSTRACT
Results of preliminary observations of 69 cadres, cadres found inactive as much as 30 cadres in performing their duties on the day open posyandu. The problem in this study is the decrease in the activity of the working activities of a cadre of health centers in the region posyandu Bengkulu City Fish Market. The purpose of the study was to determine the relationship of the level of knowledge, education and motivation with liveliness Kader IHC Health Center Associate Job region of Bengkulu City Fish Market. This type of research is an analytical descriptive cross sectional design. The population there are 66 cadres and all were sampled. Univariate and bivariate analyzes with statistical test Chi-Square
The results were obtained p value = 0.029 for knowledge with liveliness cadres, and 0,045 for the liveliness cadre education and motivation with liveliness 0.041 for cadres. Conclusion is that there is a relationship level of knowledge, education and motivation with liveliness cadres who are in the territory of middle posyandu Health Center Bengkulu City Fish Market. Clinic staff should be advised to increase outreach to the neighborhood health center with a cadre of health topics in order to increase their knowledge. In addition to the clinic should be proposed to the local government to provide benefits or rewards to the active cadres .
Keywords : Level of Knowledge , Education , Motivation , active cadre
PENDAHULUAN
Dunia
Internasional mengetahui bahwa kesehatan masyarakat telah meningkat pesat
sebagai akibat dari pendekatan yang kini disebut sebagai “Pelayanan Kesehatan
Utama“ salah satu unsur dari pendekatan tersebut adalah pemakaian kader kesehatan
masyarakat guna: 1). Memberikan pelayanan kesehatan ditempat penduduk bertempat
tinggal dan bekerja, (2). Membantu masyarakat dalam mengidentifikasi kebutuhannya
dibidang kesehatan, (3). Membantu masyarakat dalam memecahkan permasalahan
mereka sendiri dibidang kesehatan (WHO, 1995).
Pada tahun 1984 dikeluarkanlah
instruksi bersama antara Menteri Kesehatan, kepala BKKBN dan Menteri Dalam Negeri,
yang mengintegrasikan berbagai kegiatan yang ada dalam masyarakat dalam satu
wadah yang disebut dengan nama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Didalam
posyandu tersebut ada 5 kegiatan yaitu, KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan penanggulangan
diare. Pencanangan posyandu yang merupakan bentuk baru ini dilakukan secara
massal untuk pertama kali oleh presiden Republik Indonesia pada tahun 1986 di
Yogyakarta, bertepatan dengan hari kesehatan Nasional. Sejak saat itu posyandu
tumbuh dengan pesat (Pedoman Pengelolaan Posyandu, 2005).
Terjadi perkembangan yang sangat luar biasa tahun
1990, yakni dengan keluarnya Instruksi Menteri Dalam Negeri No 9 Tahun 1990
tentang peningkatan pembinaan posyandu. Melalui instruksi ini seluruh kepala
daerah ditugaskan untuk meningkatkan pengelolaan mutu posyandu, pengelolaan
posyandu dilakukan oleh satu kelompok kerja oprasional (Pokjanal), posyandu
yang merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dengan pemerintah
(Pemda) dan jumlah posyandu pada tahun 1986 itu adalah 25.000 posyandu
sedangkan pada tahun 2004 meningkat 245.154 posyandu, namun bila ditinjau dari
aspek kualitas masih ditemukan banyak masalah antara lain kelengkapan sarana,
keterampilan kader yang belum memadai dan motivasi kader kurang (Pedoman Pengelolaan Posyandu, 2005).
Sejumlah para ahli mengatakan motivasi sebagai
determinan kerja, dipengaruhi oleh
faktor motivator yang dimanivestasikan pada keberhasilan, penghargaan, tanggung
jawab, pekerjaan dan peningkatan diri, teori tersebut juga menjelaskan bahwa
motivasi dapat dilakukan bila atasan dapat menciptakan kondisi kerja yang
konduktif bagi personil seperti adanya pekerjaan yang menantang dan berarti kesempatan
utuk berkembang, menggunakan keterampilan secara penuh, serta adanya keterlibatan
dalam pengambilan keputusan. Motivasi yang setinggi-tingginya pada ahirnya
secara langsung dapat meningkatkan kinerja individu (Notoadmojo S, 1993).
Perkembangan
posyandu di Indonesia mengalami penurunan, jika pada tahun 2001 jumlah posyandu
mandiri 3,1% maka pada tahun 2004 menjadi 2,9%. Penurunan jumlah posyandu ini
berdampak menurunnya jumlah kader yang aktif. Jumlah kader yang aktif hanya ada
30%. Kurang aktifnya kader posyandu disebabkan karena sebagian besar kader
belum mampu mandiri dan sangat tergantung pada petugas puskesmas sebagai
pembina serta penghargaan terhadap kader masih rendah (Depkes RI, 2006).
Posyandu aktif adalah
posyandu yang melaksanakan kegiatan hari buka dengan frekuensi, lebih dari
delapan kali pertahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas adalah lima orang
atau lebih, cakupan utama (KIA, KB, Gizi, Imunisasai) lebih dari 50% dan sudah
ada program tambahan, serta cakupan dana sehat < 50%. Posyandu pratama
adalah posyandu yang kegiatan pelayanannya belum rutin dan jumlah kader masih
terbatas. Posyandu madya adalah posyandu dengan kegiatan lebih teratur
dibandingkan dengan posyandu pratama dan jumlah kader lima orang. Posyandu
purnama, posyandu dengan frekuensi kegiatan lebih dari delapan kali per tahun
rata-rata jumlah kader tugas lima/lebih, dan cakupan lima program utamanya KB,
KIA Gizi dan Imunisasi lebih dari 50%, serta sudah ada program tambahan. Posyandu
mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur,
cakupan lima progam utamanya sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat
telah menjangkau 50% KK (Depkes, 2009).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kota
Bengkulu tahun 2008, terdapat 1.815 posyandu terdiri dari posyandu tingkat
peratama sebanyak 380 (26,9%), tingkat madya sebanyak 986 posyandu
(54,3), tingkat purnama sebanyak 368 (20,3%), dan posyandu mandiri sebanyak 81
posyandu 9 (4,5%). Sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu adalah
sebanyak 194 posyandu yang terdiri dari, posyandu tingkat pratama berjumlah 30
(15,46%), tingkat madya berjumlah 124 (53,92%), tingkat purnama berjumlah 32
(16,49%) dan tingkat mandiri berjumlah 8 (9 412%).
Diwilayah kerja puskesmas Pasar Ikan Kota
Bengkulu terdapat 15 posyandu dengan 69 kader aktif, yang terdiri dari katagori
posyandu tingkat purnama berjumlah 5 posyandu dengan 28 kader aktif, dan
tingkat madya berjumlah 10 posyandu dengan 41 kader aktif. Kader tidak aktif
terdapat 30 orang, yang terdiri dari katagori posyandu tingkat purnama
berjumlah 5 kader yang tidak aktif sedangkan tingkat madya 25 orang kader yang
tidak aktif, jadi total kader yang terdaftar dipuskesmas Pasar Ikan 99 kader,
diantaranya 59 orang kader yg sudah dilatih (Puskesmas Pasar Ikan, 2009).
Idia Erawati (2006), menyatakan bahwa Pengetahuan kader dapat
mempengaruhi keaktifan kader diposyandu kader mempunyai pengetahuan yang tinggi
maka akan aktif dalam kegiatan posyandu. ada beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidakaktifan kader diposyandu diantaranya tingkat pengetahuan, pendidikan
formal, tidak mengikuti kegiatan posyandu dan tidak mengikuti pembinaan. Muhchdarsyah
S (2000), menyatakan bahwa ada hubungan motivasi dengan produktifitas kerja.
Hasil penelitian Mardiana (2007) dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan
dengan keaktifan kader posyandu diwilayah kerja puskesmas tanjung enim menunjukkan
bahwa motivasi mempengaruhi keaktifan kader posyandu.
Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik
untuk mengetahui hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan dan Motivasi Kader dengan
Keaktifan Kader Posyandu Diwilayah Kerja
Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian secara
Deskriptif yang bersifat analitik dengan rancangan Cross
Sectional, dimana pengambilan data variabel independen maupun variabel
dependen dilakukan secara
bersama-sama (Notoatmodjo, 2002). Variabel independen
adalah Tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan dan motivasi. Variabel dependen
adalah keaktifan kader. Definisi operasional variabel tingkat pengetahuan
adalah Pengetahuan kader posyandu
selama menjadi kader dalam kegiatan posyandu, dengan
hasil ukur : 2. Tinggi , 1. Rendah; variabel tingkat pendidikan adalah Pendidikan terakhir yang pernah diikuti oleh kader posyandu dan
mempunyai
ijazah, dengan hasil ukur :1. Dasar, 2.
Tinggi; variabel motivasi adalah Dorongan atau minat yang ditunjukkan oleh kader dalam melaksanakan
tugas-tugas posyandu dengan hasil ukur : 2. Tinggi bila Scor ≥ mean dan 1.Rendah bila skor < mean; variabel keaktifan kader adalah Tingkat kehadiran kader dalam kegiatan posyandu
yang tercatat dalam buku kehadiran dengan hasil ukur :
1. Tidak aktif dan 2. Aktif
Penelitian dilaksanakan diwilayah kerja
Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu dari bulan Mei sampai Juni 2010.
Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian (Arikunto, 2002). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kader
di 10 Posyandu Tingkat Madya yang ada diwilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota
Bengkulu yang berjumlah 66 orang kader. Sampel yang digunakan adalah seluruh populasi dengan teknik total
sampling, yaitu semua populasi dijadikan sebagai sampel.
Teknik Pengumpulan data menggunakan instrumen kuisioner yang
diadopsi dari Rosmilawati (2006) dan Mardiana (2007).
Analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi
masing-masing variabel dan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Uji statistik dengan
Chi-Square dengan kriteria: Jika: ≤
0,05 maka Ha ditrerima, yang berarti ada hubungan antara variabel independen dan dependen.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
HASIL
Hasil analisis univariat dari responden 66, pada variabel tingkat
pengetahuan didapatkan tingkat pengetahuan lebih dari sebagian (54,5 %) responden mempunyai tingkat pengetahuan
rendah, Variabel pendidikan hampir
sebagian (33,3%) mempunyai tingkat
pendidikan rendah, variabel motivasi hampir sebagian (43,9 %) dari responden
mempunyai motivasi rendah dan variabel keaktifan kader lebih dari sebagian
(53 % ) tidak aktif.
Hasil analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel tingkat
pengetahuan, pendidikan dan motivasi dengan variabel keaktifan kader posyandu, bahwa dari seluruh responden yang
berjumlah 66, sebanyak 36 responden mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan
sedang terdapat lebih dari sebagian (66.7 %) tidak aktif. Sedangkan dari 30 responden yang
pengetahuannya tinggi terdapat hampir sebagian (36.7 %) tidak aktif. Hasil analisis dengan uji Chi-Square untuk melihat hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu didapatkan nilai p =0,029
(p<0,05), ini dapat diartikan ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu.
Hubungan Pendidikan
Dengan Keaktifan Kader Posyandu Madya Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ikan
Kota Bengkulu,
dari seluruh responden yang
berjumlah 66, sebanyak 22 responden mempunyai tingkat pendidikan rendah dan
sedang terdapat hampir sebagian (27.3
%) aktif. Sedangkan dari 44 responden
yang pendidikan tinggi hampir sebagian (43.2 %) tidak aktif. Hasil uji Chi-Square untuk melihat hubungan antara
tingkat pendidikan dengan keaktifan kader posyandu didapatkan nilai p =0,045 (p<0,05), ini dapat
diartikan ada hubungan yang bermakna
antara pendidikan dengan keaktifan kader posyandu.
Hubungan Motivasi Dengan Keaktifan Kader Posyandu Madya Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pasar
Ikan Kota Bengkulu, bahwa dari seluruh responden yang
berjumlah 66, sebanyak 29 responden mempunyai Motivasi rendah dan sedang
terdapat hampir sebagian (31.0 %) aktif. Sedangkan dari 39 responden yang motivasi
tinggi hampir sebagian (40.5 %) tidak aktif. Hasil uji Chi-Square untuk melihat hubungan antara motivasi dengan keaktifan
kader posyandu didapatkan nilai p =0,022 (p<0,05), ini dapat diartikan ada
hubungan yang bermakna antara motivasi dengan keaktifan kader posyandu.
Analisis Univariat Variabel Tingkat Pengetahuan
yang dilakukan terhadap 66 orang kader di Posyandu Madya Puskesmas Pasar Ikan
Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu, bahwa pengetahuan kadernya berbeda-beda,
dari yang rendah, sedang dan tinggi.
Pada tingkat ini penulis membagi menjadi tiga kelompok yaitu pengetahuan rendah,
sedang dan tinggi. Pengetahuan rendah dan sedang yang diperoleh setelah
dilakukan penelitian sebanyak 36 oarang kader (54,5%) ini membuktikan bahwa
masih ada kader yang mempunyai pengatahuan kurang, sedangkan pengetahuan tinggi
diperoleh 30 orang kader (45,5%). Pengetahuan
yang kurang disebabkan oleh karena kader posyandu madya puskesmas Pasar Ikan
belum mampu memahami atau mengaplikasikan tugas atau pekerjaan sebagai seorang
kader sesuai dengan tingkat pengetahuan yang mereka miliki. Sesuai pendapat Notoatmodjo
(2002) menjelaskan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu dan pengetahuan
merupakan faktor utama yang sangat penting untuk terbentunya tindakan seseorang
(oven behaviour), karena perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan akan
bertahan lebih lama dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan,
begitu juga kader mereka akan aktif dalam kegiatan posyandu apabila mereka
memiliki pengetahuan yang tinggi, dan tidak akan bertahan aktif bila mereka
memiliki pengetahuan rendah.
Pengetahuan dapat berkembang setiap saat dimana dimana proses belajar
memegang peran penting dalam perkembangan pengetahuan. Pada dasarnya kader
posyandu memilki pengetahuan tentang pentingnya posyandu diadakan dalam
masyarakat untuk memajukan kesehatan masyarakat dan itu merupakan pekerja mulia
untuk membantu sesama. Kader akan menyadari bahwa pentingnya aktif dalam
kegiatan posyandu berdasar pengetahuan
yang dimilki.
Variabel Tingkat Pendidikan, Kader
Posyandu Madya yang berada diwilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan pada tahun 2009
berjumlah 66 orang kader dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda mulai dari
SD sampai dengan Akademi/PT. Pada tingkat ini penulis membagi menjadi tiga
kelompok pendidikan yaitu, pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Dikatakan
pendidikan dasar jika tamatan SD dan SLTP, dikatakan pendidikan menengah jika
tamatan SLTA, dan dikatakan pendidikan tinggi jika tamatan Diploma keatas.
Kader yang tingkat pendidikannya SD dan
SLTP berjumlah 22 orang (33,3%), hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kader
posyandu madya yang ada diwilayah kerja puskesmas Pasar Ikan masih banyak yang
rendah. Kader yang berpendidikan SLTA dan Diploma 44
orang kader (66,7%) orang. Menurut Handoko (2000) dengan bertambahnya tingkat
atau jenjang pendidikan, maka akan meningkat pula kemampuan dan keterampilan
seseorang.
Pendidikan yang kurang disebabkan oleh
ekonomi masyarakat sekitar dan kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk
kemajuan diri, masyarakat, bangsa dan negara, dengan pendidikan yang mereka
tempuh maka mereka dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, menambah
ilmu dan mengembangkannya, membuat meraka mudah menerima apa yang mereka dengan
sehingga dapat memahami arti dan kegunaannya.
Variabel Motivasi, Kader sebanyak 66 orang , dengan hasil penelitian kader yang
memiliki motivasi tinggi sebanyak 37 orang (56,1%), namun masih banyak juga
kader yang memiliki motivasi rendah yaitu sebanyak 29 orang (43,9%). Kader yang
memiliki motivasi yang rendah akan mengakibatkan rendahnya produktivitas kerja
sehingga kader tidak aktif dalam menjalan tugasnya diposyandu.
Hal ini sejalan dengan pendapat
Muchdarsyah (2000) yang mengemukakan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan
produktivitas kerja. Motivasi yang tinggi dapat menghasilkan produktifitas
kerja yang tinggi juga, sebaliknya jika motivasi rendah akan akan mengakibatkan
produktivitas kerja yang rendah pula.
Pekerjaan mereka tidak semua dapat menarik
minat sesuai dengan kebutuhannya, masi banyak responden yang motivasinya
rendah. Hal ini dikarnakan masih kurangnya motivasi responden sehingga
menimbulkan produktivitas kerja yang rendah. Motivasi dapat juga didasarkan
dengan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang itu ingin dan mau melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka, maka akan
berusaha untuk menjadiakan atau mengelakkan perasaan tidak suka.
Keaktifan Kader, Kader Posyandu Madya yang terdapat dipuskesmas Pasar Ikan Kota
Bengkulu sebanyak 66 orang, bahwa kader yang aktif sebanyak 31 orang (47,0%)
hal ini disebabkan karena pengetahuan, pendidikan dan motivasi mereka cukup
tinggi, namun dalam hal ini masih banyak kader yang tidak aktif sebanyak 35
orang (53,0%) hal ini dikarenakan kader mempunyai pengetahuan rendah,
pendidikan dasar dan motivasi yang kurang.
Hasil
diatas kurang sesuai dengan Depkes (2004), bahwa dalam melakukan kegiatan
posyandu harus proaktif terhadap kegiatan yang akan dilakukan pada waktu posyandu
karena posyandu dilakukan satu bulan sekali. Kader adalah penggerak masyarakat
yang mampu mengelola kegiatan posyandu, karena kader yang paling memahami
kondisi kebutuhan masyarakat diwilayahnya, oleh karena itu kader posyandu
menjadi bagian yang paling penting dalam upaya memajukan kesehatan keluarga
dan masyarakat dilingkungannya sendiri.
Uraian
diatas menunjukkan bahwa pentingnya kader aktif dalam lingkungannya sendiri,
keaktifan kader menentukan maju atau tidaknya kesehatan keluaraga dan masyarakat
dilingkunganya, kesadaran akan keaktifan
kader dalam hal ini sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat.
Analisis Bivariat, Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan dengan Keaktifan Kader Posyandu
Madya Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan
keaktifan kader. Kenyataan dilapangan bahwa sebagian besar responden yang
memilki pengetahuan baik tentang posyandu dan kegiatan kader posyandu akan
memiliki kesadaran dan kemauan yang baik sehingga bisa menjadi aktif dalam
menjalan tugas sebagai seorang kader.
Pengetahuan
merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang,
Pengetahuan bisa didapat tanpa menempuh pendidikan karena pengatahuan bisa
didapatkan berdasarkan pengalaman yang didapat atau hasil tau manusia dalam
kegiatannya sehari-hari. Jika masyarakat dapat memahami, mengaplikasi,
menganalisa, mengevalusi, dapat ,merencanakan, menyusun dan menyesuaikan maka
masyarakat akan mudah untuk mendapatkan pengetahuan.
Salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan kader adalah pengetahuan.
Pengetahuan disini diartikan sebagai hasil tahu kader dalam mengikuti kegiatan
posyandu. Mereka yang berpengetahuan tinggi akan lebih bersemangat karena
mereka bisa melakukan tugas tersebut berdasarkan pengalaman dan mereka
yang berpengetahuan rendah akan kurang bersemangat karena mereka kurang bisa
melakukan tugas kader disebabkan oleh pengetahuan yang kurang,. Hal ini
menunjukan bahwa pengetahuan sangat mempengaruhi keaktifan kader posyandu.
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p =0,032 (p<0,05), ini dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader Posyandu Madya
wilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu. Hasil penelitian ini
menunjukkan sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh Moedjinto bahwa
pengetahuan kader sangat mempengaruhi keaktifan kader.
Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan
Keaktifan Kader Posyandu Madya Puskesmas
Pasar Ikan Kota Bengkulu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan
dengan keaktifan kader posyandu madya puskesmas pasar ikan. Sebagian besar
kader posyandu madya puskesmas pasar ikan memiliki pendidikan rendah yaitu SD
dan SLTP. Hal ini tidak sesuai menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pemblajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
Ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Pendidikan adalah hal yang sangat penting
dalam kehidupan masyarakat untuk memajukan kemampuan dan mendapatkan ilmu yang
harus dipelajari dan mengembangkannya. Pendidikan masyarakat juga merupakan
masalah mendasar yang dapat menentukan keberhasilan suatu program. Salah satu
faktor yang mempengaruhi keaktifan kader adalah pendidikan, Pendidikan disini
diartikan sebagai pendidikan terahir yang pernah ditempuh oleh kader dan
mempunyai ijazah. Mereka yang berpendidikan tinggi akan lebih mengutamakan
pekerjaan karena itu penting untuk mewujudkan kemajuan masyarakat terutama
kesehatan dan mereka yang berpengetahuan rendah pasti akan kurang perhatian
karena meraka tidak tau akan pentingnya kemajuan kesehatan masyarakat. Penjelasan
diatas menunjukkan bahawa tingkat pendidikan sangat mempengaruhi keaktifan
kader.
Dari hasil Chi Square diperoleh nilai p =0,010 (p<0,05), ini dapat
disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan keaktifan kader
Posyandu Madya diwilayah kerja Puskesmas
Pasar Ikan Kota Bengkulu. Hal ini sesuai seperti yang telah diungkapkan oleh Moedjinto
bahwa tingkat pendidikan formal sangat mempengaruhi keaktifan kader.
Hubungan Antara Variabel Motivasi dengan
Keaktifan Kader posyandu Madya Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkiulu. Berdasar hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti bahawa ada hubungan yang bermakna antara variabel
motivasi dengan keaktifan kader. Sebagian besar kader posyandu madya puskesmas
pasar ikan memiliki motivasi yang rendah hal ini menyebabkan ketidak aktifan kader
posyandu. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan tujuan motivasi menurut Melayu
S.P Hasibuan (2003) bahwa motivasi bertujuan untuk meningkatakan moral dan
produktivitas kerja, meningkatkan kepuasan kerja
Motivasi kader juga bisa ditingkatkan
dengan memberikan imbalan atas hasil kerja kader yang baik dan aktif dalam
menjalan tugasnya diposyandu, bisa juga dengan memberikan penghargaan brupa
piaga. Motivasi juga bisa tumbuh dalam
diri sorang kader apabila mereka menyadari akan pentingnya peran seorang kader
dalam kegiatan posyandu, karena posyandu itu sendiri dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat sekitar.
Motivasi merupakan hal yang sangat penting
dalam upaya mencapai tujuan organisasai, karena motivasi merupakan kegiatan
yang mengakibatkan, menyalurkan dan memelihara prilaku manusia. Menurut Gouzali
Syadam (1996) ketidak aktifan kader disebakan karena kader tugas posyandu di
puskesmas Pasar tidak mendapat pengahargaan/imbalan, keinginan dan harapan
pribadi seorang kader kurang dan juga
kesibukan dalam pekerjaan pribadi membuat kader tidak bisa aktif dalam tugasnya.
Motivasi disini diartikan sebagai suatu sikap kader terhadap situasi kerja
dalam lingkungan organisasi. Kader yang bersifat positif terhadap situasi
kerjanya akan menunjukkan motivasi yang tinggi, dan sebaliknya jika kader
bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi sangat berpengaruh terhadap
keaktifan kader.
Tingkat pengetahuan, pendidikan dan
motivasi ada hubungannya dengan keaktifan kader
posyandu di wilayah kerja puskesmas Pasar Ikan
Disarankan kepada petugas di puskesmas hendaknya meningkatkan
penyuluhan kepada kader posyandu tentang tugas kader, pentingnya melaksanakan
posyandu dan masalah kesehatan sehingga pengetahuan meraka bisa meningkat. Kepada
pemerintah daerah supaya menjalankan program pendidikan gratis supaya
masyarakat bisa memperoleh pendidikan yang tinggi tanpa hambatan ekonomi.
Selain itu kepada pemerintah daerah supaya memberikan imbalan atau penghargaan
kepada kader yang aktif agar motivasi
mereka meningkat untuk aktif dalam mealaksanakan kegiatan posyandu.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Edisi 6. Rhineka cipta. Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu.
(2004). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. Bengkulu.
Dinas Kesehatan Provinsi
Bengkulu. (2006). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu.
Bengkulu.
Dinas Kesehatan Provinsi
Bengkulu. (2009). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu.
Bengkulu.
Dinas Kesehatan Kota
Bengkulu. (2009). Profil Dinas Kesehatan
Kota Bengkulu. Bengkulu.
. (1999) . Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga.Tim Lintas Sektoral. Jakarta.
Gouzali, Syadam. (1996). Menejemen Sumber Daya Manusia. Jilit 1.
PT Toko Gunung Agung. Jakarta.
Hasibuan, Malayu S.P. (2003). Menejemen Sumber Daya Manusia,. Cetakan
ke-6. Bumi Aksara. Jakarta.
Idia Erawati. (2006). Hubungan Pengetahuan Tentang Peran Kader Terhadap Keaktipan Kader Posyandu Madya Puskesmas Nusa Indah
Kota Bengkulu. Skripsi Kesehatan Masyaraka Universitas Muhamadya Bengkulu.
Mardiana. (2007). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Keaktifan Kader Posyandu Diwilayah Kerja Puskesmas Tanjung Enim. Skripsi
Jurusan Kesehatan Masyarakat Stikes Abdi Nusa Palembang.
Notoadmojo, S. (1993). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta.
Jakarta
____________ (2002). Promosi
Kesehatan Dan Ilmu Prilaku. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Rosmilawati. (2006). Hubungan Karakteristik Kader Dengan
Keaktifan Dalam Kegiatan Posyandu Dipuskesmas Kabawetan Kepahaiang. Skripsi
Jurusan Keperawatan Poltekes Bengkulu.
T, Hani Handoko. (2000). Menejemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta. Liberty.
Laporan Puskesmas Pasar
Ikan. (2009). Rencana Usulan Tahunan.
Puskesmas Pasar Ikan
Sinungan, Muchdarsyah.
(2000). Produktifitas: Apa dan Bagaimana.
Jakarta. Bumi Aksara.
WHO. (1995). Kader Kesehatan
Masyarakat. EGC. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar