HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKORRHEA DI ASRAMA
AKADEMI KEBIDANAN
NUSANTARA INDONESIA
Zulkarnain Mr
Health Community Program Study,
STIKes Bhakti Husada
Jl. Kinibalu 8 Kebun Tebeng Bengkulu Telp (0736) 23422
email : stikesbh03@gmail.com
ABSTRACT
Initial
survey in Indonesian archipelago Midwifery Academy dormitory for 50 students
65.2 % had leukorrhea / whitish. Research purposes to determine the
relationship between knowledge and personal hygiene with leukorrhea events at
student at the Academy Dormitory Lubuklinggau Midwifery Indonesian archipelago
.
The study design was a descriptive analytic cross sectional approach . 69 student population at the hostel which consists of a total 42 people Level I and Level II 27 . Univariate and bivariate analysis with the use of chi-square statistical test . Univariate results showed that the majority ( 53.6 % ) students had abnormal leukorrhea , most ( 55.1 % ) female students with less knowledge and most ( 59.4 % ) female students with less personal hygiene . Results of statistical tests of knowledge and events leukorrhea relationship ρ Value 0,001 personal hygiene and the relationship with occurrence leukorrhea ρ Value 0,000 . Conclusions show the existence of a significant relationship between knowledge and personal hygiene with leukorrhea events . Suggested for student can apply in everyday life on reproductive health in particular on the prevention of vaginal discharge / leukorrhea .
The study design was a descriptive analytic cross sectional approach . 69 student population at the hostel which consists of a total 42 people Level I and Level II 27 . Univariate and bivariate analysis with the use of chi-square statistical test . Univariate results showed that the majority ( 53.6 % ) students had abnormal leukorrhea , most ( 55.1 % ) female students with less knowledge and most ( 59.4 % ) female students with less personal hygiene . Results of statistical tests of knowledge and events leukorrhea relationship ρ Value 0,001 personal hygiene and the relationship with occurrence leukorrhea ρ Value 0,000 . Conclusions show the existence of a significant relationship between knowledge and personal hygiene with leukorrhea events . Suggested for student can apply in everyday life on reproductive health in particular on the prevention of vaginal discharge / leukorrhea .
Key
words : Leukorrhea
PENDAHULUAN
Pendidikan kesehatan reproduksi remaja pada jalur formal dan non
formal, pada dasarnya bertujuan untuk membekali remaja baik pengetahuan
mengenai kesehatan reproduksi maupun keterampilan rasa tanggung jawab yang
besar menyangkut fungsi reproduksi mereka. Dengan bekal pengetahuan,
keterampilan dan tanggung jawab tersebut diharapkan para remaja mampu
meningkatkan kualitas hidupnya (Depkes, 2005).
Masa remaja merupakan masa yang khusus dan penting, pada masa ini
merupakan periode kematangan organ reproduksi manusia atau periode peralihan
dari masa anak-anak ke masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi yang
unik dan ditandai oleh perubahan fisik, emosi, dan psikis. Ciri perkembangan masa
remaja dibagi menjadi tiga tahapan yaitu masa remaja awal (10-12 tahun), masa
remaja tengah (13 – 15 tahun), dan masa remaja akhir (16 – 19 tahun) (Miller,
2002).
Ketika masa usia remaja
biasanya gangguan kesehatan sudah mulai timbul, terutama pada remaja wanita
yang sering mengalami gangguan penyakit pada organ reproduksinya. Penyakit yang
biasa terjadi adalah trikomoniasis, veginosis bakterial, kandidiasis
vulvovaginosis, gonore, klammidia, sifilis, ulkus mole. Salah satu gejala dan
tanda-tanda penyakit infeksi organ reproduksi wanita adalah terjadinya
keputihan abnormal. Keputihan abnormal adalah salah satu masalah yang sejak
lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Keputihan abnormal (Flour Albus) adalah cairan berlebihan
yang keluar dari vagina (Dwiana, 2008).
Keputihan adalah penyakit
yang biasa tapi kenyataannya penyakit ini sulit untuk disembuhkan. Di dunia
penyakit ini menyerang sekitar 50% populasi perempuan dan mengenai hampir pada
semua umur terutama pada remaja, data ini menunjukan 75% wanita di dunia pasti
menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa
mengalami sebanyak dua kali atau lebih kejadian keputihan (Putu, 2009).
Wanita di Indonesia yang
mengalami keputihan sangat banyak yaitu 75%, ini berbeda dengan Eropa yang
hanya 25% saja. Kondisi cuaca Indonesia yang lembab menjadi salah satu penyebab
banyaknya wanita Indonesia yang mengalami keputihan, berbeda dengan Eropa yang
hawanya kering sehingga wanita tidak mudah terinfeksi jamur (Elistiawati,
2007).
Keputihan (Leukorrhea atau Fluor Albus) adalah istilah untuk menggambarkan keluarnya cairan
selain darah dari vagina dan diperkirakan semua wanita pernah mengalami
keputihan terutama pada usia reproduktif. Ada dua jenis keputihan, yaitu
keputihan fisiologis yang normal dialami semua wanita seperti dijumpai pada
saat ovulasi, saat menjelang dan setelah haid, rangsangan seksual, dan dalam
kehamilan. Keputihan patologis dengan gejala yang berlangsung lama, terjadi
berulang, jumlahnya berlebihan, baunya busuk, dan menimbulkan nyeri, panas,
gatal hingga mengarah keganasan. Keputihan dapat menyebabkan munculnya rasa
tidak nyaman yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri seorang wanita terutama
remaja putri. Oleh karena itu, pengetahuan yang dimiliki oleh remaja putri
tentang pencegahan dan mengatasi keputihan sangatlah berpengaruh (Depkes, 2009).
Banyak orang menganggap
bahwa keputihan atau leukorhea hanya
kondisi yang normal saja. Padahal keputihan bisa saja merupakan tanda infeksi
oleh bakteri, jamur, parasit dan virus. Keputihan juga dapat terjadi karena
menderita sakit dalam waktu lama, kurang gizi, anemia, kurangnya personal hygiene sehingga berakibat
jamur atau parasit (Rozanah, 2003).
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya keputihan, yaitu faktor endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen antara lain dipicu oleh kehamilan, pemakaian alat kontrasepsi
dan penyakit kronik. Sedangkan faktor eksogen meliputi daerah kemaluan yang
lembab, personal hygiene, pemakaian
pembersih vagina, kondisi tubuh kelelahan atau stress yang dapat menimbulkan
bendungan pada pembuluh-pembuluh darah di daerah panggul, sehingga pengeluaran
cairan oleh kelenjar-kelenjar di panggul meningkat dan menimbulkan keputihan
(Zubier, 2009). Penyebab lain yang paling dominan untuk terjadinya keputihan
adalah wanita yang terbiasa menggunakan pakaian dalam (celana dalam, korset, stoking), atau pakaian olahraga yang
ketat dan terbuat dari bahan yang tidak menyerap keringat. Hal itu dapat
mengakibatkan keadaan yang selalu hangat dan lembab di daerah vulva dan vagina.
Selain faktor-faktor tersebut faktor keluarga juga dapat mempengaruhi antara
lain status sosial dan ekonomi, status pendidikan dan fasilitas hygiene sanitasi keluarga
(Kasetyaningsih, 2003).
Survey awal yang dilakukan, mendapatkan jumlah seluruh
mahasiswi yang ada di Asrama Akademi Kebidanan Nusantara Indonesia Lubuklinggau
berjumlah 69 orang mahasiswi yang terbagi dalam 2 kelas yaitu mahasiswi tingkat
I yang berjumlah 42 orang mahasiswi dan tingkat II yang berjumlah 27 orang
mahasiswi. Untuk mahasiswi tingkat III yang berjumlah 61 orang mahasiswi tidak
tinggal di asrama. Dari 50 orang mahasiswi yang ada di asrama, ternyata
terdapat 35 orang mahasiswi yang mengalami keputihan yang menggangu (65,2%).
Melihat hasil survey awal tersebut, menimbulkan ketertarikan untuk mengetahui
faktor-faktor apa sajakah yang berperan menimbulkan kejadian keputihan
tersebut, mengingat yang menjadi responden adalah mahasiswi jurusan kesehatan
(kebidanan) yang menurut asumsi peneliti, sedikit banyaknya mereka telah
mengetahui mengenai kesehatan reproduksi karena mereka sudah duduk di
perkuliahan.
METODE
PENELITIAN
Jenis
penelitian adalah diskriptif yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang mengukur dan mengumpulkan variabel
sebab atau resiko (independen) dan variabel akibat atau kasus (dependen) secara
simultan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).
Populasi
sebanyak 69 mahasiswa yang terdiri atas Tingkat I berjumlah 42 orang, Tingkat
II 27 orang. Tingkat III berjumlah 61 orang tidak menjadi populasi pada
penelitian karena tidak tinggal di asrama dan sudah mendapatkan materi Ilmu
Kandungan sehingga mereka sudah tahu tentang keputihan dan akibatnya. Jadi,
mereka diharapkan sudah dapat menjaga kebersihan pribadi masing-masing.
Data
primer pada penelitian ini diperoleh dengan pengisian kuesioner yang di adopsi
dari Esterina (2008). Variabel independen pada penelitian ini yaitu pengetahuan
dan personal hygiene, sedangkan
variabel dependen yaitu kejadian leukorrhea/keputihan.
Hubungan terhadap dua variabel independen dan dependen yang diduga berhubungan
atau korelasi yaitu antara pengetahuan dan personal
hygiene (variabel independen) dengan kejadian leukorhea/keputihan (variabel dependen) dilakukan pengujian
statistik dengan Chi-square .
Untuk
menguji tingkat kemaknaan α = 0,05 didapatkan nilai ρ value ≤ 0.05 artinya ada hubungan
bermakna antara kedua variabel tersebut, namun jika nilai ρ value > 0,05
artinya tidak ada hubungan bermakna antara kedua variabel tersebut (Budiarto,
2001).
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa lebih
dari sebagian (55,1 %) mempunyai pengetahuan kurang tentang kejadian leukorea , dan lebih dari sebagian
(59,4%) mempunyai personal hygienis
yang kurang. Data kejadian leukore menunjukan kejadian leukorrhea yang normal pada mahasiswi
Akademi Kebidanan Nusantara Indonesia Lubuklinggau lebih kecil (46,4%) jika
dibandingkan dengan kejadian leukorrhea
yang tidak normal sebesar 53,6 % dari 69 orang mahasiswi
Hasil uji statistik chi square
didapatkan nilai ρ Value 0,001 lebih
kecil dari 0,05, hal ini menunjukan ada hubungan bermakna antara pengetahuan
dengan kejadian leukorrhea. Dengan
demikian, hipotesis yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan
dengan kejadian leukorrhea terbukti
secara statistik.
PEMBAHASAN
Kejadian Leukorrhea
pada mahasiswi yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah 69
orang mahasiswi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kejadian leukorrhea atau keputihan normal pada
mahasiswi di Asrama Kebidanan Nusantara Indonesia Lubuklinggau sebesar 46,4%
sedangkan mahasiswi yang mengalami kejadian leukorrhea
tidak normal sebesar 53,6%. Hal ini terlihat dari hasil kuesioner yang
dibagikan dimana mahasiswi yang banyak mengalami kejadian keputihan/leukorrhea tidak normal ternyata banyak dialami oleh
mahasiswi yang tingkat I yang mempunyai jadwal belajar yang sangat padat. Hal
ini sangat menyita waktu dan tenaga serta pikiran mahasiswi. Di Akademi
Kebidanan Nusantara Indonesia melakukan kegiatan belajar mengajar dimulai dari pukul
07.30 Wib sampai dengan pukul 16.00 Wib, dan dilanjutkan lagi untuk kegiatan
extra kurikuler. Dengan adanya kegiatan belajar yang cukup lama tersebut bisa
menyita waktu mahasiswi untuk memperhatikan personal
hygiene dan menyebabkan kondisi tubuh kelelahan dan menjadi lemah sehingga
bisa menimbulkan kelembaban di daerah kewanitaan mahasiswi yang bisa
menyebabkan terjadinya keputihan/leukorrhea.
Zubier (2009) mengemukakan kondisi tubuh yang kelelahan atau stress dapat
menimbulkan bendungan pada pembuluh-pembuluh darah di daerah panggul, sehingga
pengeluaran cairan oleh kelenjar-kelenjar di panggul meningkat dan menimbulkan
keputihan/leukorrhea.
Leukorrhea
terjadi bisa juga karena anggapan bahwa leukorrhea
hanya bersifat fisiologis padahal leukorrhea
dapat juga bersifat patologis tetapi
kebanyakan remaja putri mengabaikan kejadian tersebut dan tidak
melakukan tindakan apapun untuk mengatasinya dan hanya diabaikan. Kejadian leukorrhea normal apabila tidak ditindak
lanjuti segera akan menimbulkan masalah yang komplek mulai dari masalah
kesehatan sampai pada keadaan psikis. Leukorrhea
dinilai sebagai sesuatu yang sangat pribadi dan memalukan serta menimbulkan
rasa ketidak nyamanan pada kehidupan sehari-hari apalagi wanita yang sudah
menikah dapat mengganggu kehidupan dalam berumah tangga sehingga memungkinkan
ketidak harmonisan dalam rumah tangga. Kejadian leukorrhea yang didiamkan lama kelamaan akan semakin parah dan
dapat menyebabkan kemandulan. Jika leukorrhea
tidak diobati secara tuntas maka infeksi dapat merambah ke rongga rahim
kemudian ke saluran telur sampai ke indung telur dan akhirnya dapat merambah ke
rongga panggul dan bisa juga menimbulkan penyakit kanker pada organ reproduksi
wanita.
Kejadian leukorrhea
yang ditemukan peneliti pernah juga dilakukan oleh Esterina (2008) yang
menemukan kejadian leukorrhea normal
sebesar 52,1% dan kejadian leukorrhea
tidak normal pada mahasiswi sebesar 47,9%.Leukorrhea
terjadi bisa disebabkan karena pengetahuan tentang apa itu leuokorrhea dan bagaimana pencegahan agar tidak terjadi leukorrhea masih kurang. Selain
pengetahuan keputihan/leukorrhea juga
bisa disebabkan oleh cara atau kebiasaan personal
hygiene yang kurang yang bisa mengakibatkan bakteri dapat mudah
berkembangbiak sehingga kemungkinan adanya infeksi yang timbul karena bakteri
dan jamur di daerah kemaluan remaja putri. Rozanah (2003), menyatakan keputihan tidak normal biasanya terjadi
karena infeksi jamur, parasit atau bakteri.
Selain kejadian leukorrhea, hasil penelitian
didapatkan proporsi mahasiswi yang pengetahuan kurang mengalami kejadian leukorrhea sebesar 73,7% lebih besar
bila dibandingkan dengan proporsi mahasiswi pengetahuan baik yang mengalami
kejadian leukorrhea tidak normal
sebesar 26,3%.
Penelitian ini
memperoleh hasil dari kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswi di asrama
Akademi Kebidanan Nusantara Indonesia terlihat yang mempunyai pengetahuan baik
tentang keputihan/leukorrhea itu
kebanyakan mahasiswi yang berada di tingkat II, hal ini bisa saja terjadi
dikarenakan mahasiswi yang tingkat II sudah banyak menerima materi mengenai
keputihan/leukorrhea dibandingkan
dengan mahasiswi yang tingkat I yang masih sedikit menerima materi tentang
keputihan/leukorrhea dikarenakan
mereka baru menerima materi tentang kesehatan dasar.
Hasil uji statistik
didapatkan bahwa nilai ρ Value 0,001, hal ini menunjukan adanya hubungan
bermakna antara pengetahuan dengan kejadian leukorrhea
Berdasarkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat
diketahui bahwa kejadian leukorrhea
pada mahasiswi di asrama Akademi Kebidanan Nusantara Indonesia Lubuklinggau
dipengaruhi oleh pengetahuan. Hal ini disebabkan pengetahuan sangat berpengaruh
terhadap pribadi dan prilaku seseorang. Pengetahuan kurang dapat menyebabkan
mahasiswi kurang mendapatkan informasi yang cukup dan benar dan mereka akhirnya
tidak tahu bahwa leukorrhea tidak
hanya bersifat fisiologis saja tetapi juga dapat bersifat patologis. Selain itu
juga pengetahuan yang kurang mempengaruhi pengetahuan tentang leukorrhea. Hal ini menyebabkan mahasiswi
tidak mengetahui apa itu leukorrhea
dan bagaimana cara mengatasinya dan apa dampak dari leukorrhea itu sendiri.
Hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti juga didapat ada 10 orang mahasiswi yang walaupun
berpengetahuan kurang tetapi mengalami kejadian
keputihan/leukorrhea yang normal. Hal ini bisa saja terjadi karena kondisi
fisik dari 10 orang mahasiswi ini memang sangat baik dan dalam kehidupannya
sudah tertanam kebiasaan dalam dirinya untuk berpola hidup bersih dari sejak
kecil walaupun dia tidak tahu tentang leukorrhea
apa penyebab dan akibat dari leukorrhea
tetapi secara tidak disadari bahwa mahasiswi sudah melakukan pencegah terhadap
kejadian leukorrhea dengan kebiasaan
untuk melakukan kebersihan dirinya dengan baik.
Dalam penelitian
ini pengetahuan merupakan salah satu penyebab terjadi leukorrhea yang tidak normal dan dari hasil analisis didapat nilai
OR 6.844 (CI : 2.372 - 19.748) yang artinya pengetahuan kurang mempunyai
peluang 6.844 kali terhadap kejadian leukorrhea
tidak normal dibandingkan dengan pengetahuan baik.
Hal ini sesuai
dengan teori yang dinyatakan Wishnuwardani (2005) bahwa pengetahuan berpengaruh
terhadap terjadinya leukorrhea.
Karena dengan pengetahuan tentang keputihan/leukorrhea
seseorang bisa mencegah agar tidak terkena keputihan/leukorrhea yang abnormal yang bila didiamkan dapat menimbulkan
berbagai penyakit terutama pada alat genitalia.
Hasil penelitian
yang dilakukan peneliti berbanding terbalik dengan penelitian yang pernah
dilakukan oleh Apriani (2008) yaitu pengetahuan kurang yang mengalami kejadian leukorrhea tidak normal sebesar 57,1%
sedangkan pengetahuan baik yang mengalami kejadian leukorrhea tidak normal sebesar 28,9% dengan ρ Value 0,438 berarti tidak ada hubungan
bermakna antara pengetahuan dengan kejadian leukorrhea
yang menyatakan bahwa makin kurang pengetahuan seseorang maka makin kurang
mendapatkan informasi tentang leukorrhea.
Hasil dari
penelitian Hubungan Personal Hygiene
dengan Kejadian Leukorrhea yang
dilakukan menunjukan proporsi mahasiswi yang personal hygiene kurang mengalami kejadian leukorrhea tidak normal sebanyak 85,4% lebih besar bila
dibandingkan dengan proporsi mahasiswi personal
hygiene bersih yang mengalami kejadian leukorrhea
tidak normal sebesar 7,1%. Berdasarkan hasil kuesioner yang diterima peneliti,
terlihat sekali dimana mahasiswi yang personal
hygiene kurang yang mengalami kejadian keputihan/leukorrhea tidak normal banyak terjadi pada mahasiswi yang masih
berada di tingkat I, kemungkinan hal ini terjadi dikarenakan padatnya jam
belajar mahasiswi yang banyak menyita waktu mereka sehingga mereka kurang
memperhatikan personal hygiene mereka
sendiri dan kurang tersedianya air bersih yang mengalir di setiap kamar mandi
yang ada di Asrama Kebidanan Nusantara Indonesia selain itu kejadian tersebut
bisa saja terjadi dikarenakan materi personal
hygiene yang masih belum banyak mereka terima dan pahami. Hasil uji
statistik didapatkan nilai ρ Value 0,000 lebih kecil dari 0,05 hal ini
menunjukan ada hubungan bermakna antara personal
hygiene dengan kejadian leukorrhea.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa kejadian leukorrhea dipengaruhi oleh personal hygiene.
Pada penelitian
yang dilakukan, terdapat 6 orang mahasiswi yang walaupun personal hygiene kurang tetapi mengalami kejadian keputihan/leukorrhea normal. Peristiwa ini terjadi
kemungkinan karena adanya daya tahan tubuh yang kuat yang bisa membentuk antibodi yang tinggi dalam dirinya
sehingga tidak ada akses kuman atau bakteri untuk berkembang biak di dalam dirinya
terutama pada organ reproduksi.
Pada penelitian
ini personal hygiene merupakan salah
satu penyebab terjadi leukorrhea yang
tidak normal. Hasil analisis didapat
nilai OR 75.833 (CI : 14.150 - 406.413) yang artinya personal hygiene kurang mempunyai
peluang 75.833 kali terhadap kejadian leukorrhea
tidak normal dibandingkan dengan personal
hygiene bersih.
Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Madjawati (2002), yang menyatakan bahwa personal hygiene kurang yang mengalami
kejadian leukorrhea tidak normal
sebesar 61,1% sedangkan personal hygiene
baik yang mengalami kejadian leukorrhea
tidak normal sebesar 40% sesuai dengan teori yang dinyatakan Agustini (2007)
yang menyatakan bahwa personal hygiene
kurang dapat mudah terkena leukorrhea
tidak normal dibandingkan dengan personal
hygiene bersih, karena hygiene
seseorang yang buruk mempengaruhi terjadinya leukorrhea agar personal
hygiene genitalia terawat dengan baik, sebaiknya harus tetap menjaganya
agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan tetap menjaga alat genitalia
tetap kering dengan cara selalu cebok dan mengeringkan daerah genitalia dengan
tissu bersih atau kain yang bersih setelah BAK dan BAB, mengganti celana dalam
paling sedikit 3x dalam sehari, menggunakan celana tidak terlalu ketat yang
terbuat dari bahan yang menyerap keringat, dan biasakan mengganti pembalut pada
waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak minimal 3x dalam sehari.
SIMPULAN DAN
SARAN
SIMPULAN
Mahasiswi di
Asrama Akademi Kebidanan Nusantara Indonesia Tahun 2011 lebih dari
sebagian pengetahuan baik, Personal
hygiene yang kurang, dan mengalami kejadian leukorrhea yang tidak normal serta ada hubungan antara Pengetahuan
dan Personal hygiene dengan kejadian leukorrhea
SARAN
Disarankan
supaya mahasiswi di Asrama Akademi Kebidanan Nusantara Indonesia : 1). meningkatkan
pengetahuan mereka dengan sering membaca buku-buku tentang reproduksi wanita
yang ada diperpustakaan asrama, 2). dalam kehidupan sehari-hari dapat menjaga personal hygiene mereka dan menjaga
kesehatan reproduksi khususnya tentang pencegahan keputihan/leukorrhea. 3). Akademik memberikan
materi dari semester awal tentang leukorrhea
lebih banyak sehingga mahasiswi tingkat I sudah banyak memperoleh informasi
tentang leukorrhea. 4). memberikan
waktu istirahat yang cukup kepada mahasiswi sehingga mereka mempunyai waktu
untuk menjaga personal hygiene secara
optimal. 5). menyediakan air bersih yang
mengalir pada setiap kamar mandi yang ada di asrama. 6). bisa memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang leukorrhea
dan personal hygiene yang baik pada
saat melakukan praktek lapangan nantinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Agustini, Sheila. 2007. Keputihan
Si Putih yang Mengganggu. (www.google.com di akses 30 Desember 2010)
Ahmad. 2007. Pengetahuan Siswi
SMA Muhammadiyah Palembang. UNSRI, Palembang, Skripsi
Ambarwati, Eny Retna. 2009. KDPK Kebidanan. Jogja : Nuha Medika
Anggriyana. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Jogja : Nuha Medika
Apriani, Siska. 2009. Hub Pengetahuan dan Personal Hygiene dengan Kejadian keputihan pd
remaja di asrama Poltekkes Palembang. UNSRI, Palembang, Skripsi
Arikunto. 2008. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
BKKBN. 2001. Tumbuh
Kembang Remaja. (www.BKKBN.go.id
diakses 30 Desember 2010)
_______. 2004. 75 % Perempuan di Dunia pernah Keputihan. (www.BKKBN.go.id
diakses 30 Desember 2010)
____________. Perlukah
Bilas Vagin. (www.BKKBN.go.id
diakses 30 Desember 2010).
Depkes. 2005. Profil
Indonesia Sehat. Cetakan I, Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
______, 2008. Pedoman
Operasional Pelayanan Kes Reproduksi. Cetakan I, Bina Kes Masy, Jkt.
______,2009.Keputihan.
(www.life.com diakses 1 Januari 2011)
Derek Miller. 2002. Kesehatan Reproduksiwanita. (www.life.com
diakses 1 Januari 2011)
Dwiana. 2008. Wanita.
(www.life.com
diakses 5 Januari 2011)
Elistiawaty. 2007. 75 % Wanita RI Alami Keputihan. (www.detiknews.com diakses 5 Januari 2011)
Esterina, Yana.2007. Hubungan Pengetahuan dan
Personal Hygiene Remaja Putri Dg Kejadian keputihan di SMA 2 Muara Beliti.
UNSRI, Palembang, Skripsi
Kasetyaningsih, Tri Wulandari. 2003. Prevalensi Trichomoniasis pd Leukorrhea dan
Faktor resikoyg Berhubungan dg Kondisi Klg. Majalah Eberrs Papyrus
Madjawati. 2002. Prevalensi
Kandidiasis Pd Leukorrhea dg Personal Hygiene. UGM, Jogjakarta, Skripsi
Manuaba, Ida Bagus. 2001. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB utk Pendidikan Bidan.
Jkt : EGC
Mursal, Ricky Apriadi. 2005. Pengetahuan dan Persepsi Siswi SMU Negeri 17 Plus Palembang tentang
Leukorrhea. Universitas Sriwijaya, Palembang, Skripsi
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Putu. 2009. Jangan
Anggap Enteng Keputihan. (www.Balipost.co.id diakses 5 Januari 2011)
Ramali, Ahmad. 2007. Kamus Kedokteran. Jakarta : Pjambatan,
Rejeki, Sri. 2010. Kesehatan Reproduksi Remaja. (www.google.com diakses 5 Januari 2011)
Rozanah, Astri. 2003. Keputihan Kenali Penyebabnya. (www.republika.co.id diakses 1 Januari 2011)
Uliyah. 2006. Kejadian
Keputihan. (www.life.com
diakses 5 Januari 2011)
Widiyanti, Endang Sri. 2007. Wanita Alami Keputihan, Apa penyebabnya?. (www.google.com
diakses 1 Januari 2011)
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Yay Bina Pustaka, Jkt.
Wishnu, wardhani. 2005. Hubungan Pengetahuan dengan Keputihan. (www.google.com
diakses 5 Januari 2011)
Zubier. 2009.
Kebiasaan Yg Menyebabkan Keputihan.
(www.google.com
diakses 1 Januari 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar