Selasa, 27 Oktober 2015

Mitra Raflesia Vol.3 No. 1 Januari-Juni 2011 Oleh: Zulkarnain Mr



HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKORRHEA DI ASRAMA
AKADEMI KEBIDANAN NUSANTARA INDONESIA

 Zulkarnain Mr

Health Community  Program Study, STIKes Bhakti Husada
Jl. Kinibalu 8 Kebun Tebeng Bengkulu Telp (0736) 23422
email : stikesbh03@gmail.com

ABSTRACT

Initial survey in Indonesian archipelago Midwifery Academy dormitory for 50 students 65.2 % had leukorrhea / whitish. Research purposes to determine the relationship between knowledge and personal hygiene with leukorrhea events at student at the Academy Dormitory Lubuklinggau Midwifery Indonesian archipelago .
The study design was a descriptive analytic cross sectional approach . 69 student population at the hostel which consists of a total 42 people Level I and Level II 27 . Univariate and bivariate analysis with the use of chi-square statistical test . Univariate results showed that the majority ( 53.6 % ) students had abnormal leukorrhea , most ( 55.1 % ) female students with less knowledge and most ( 59.4 % ) female students with less personal hygiene . Results of statistical tests of knowledge and events leukorrhea relationship ρ Value 0,001 personal hygiene and the relationship with occurrence leukorrhea ρ Value 0,000 . Conclusions show the existence of a significant relationship between knowledge and personal hygiene with leukorrhea events . Suggested for student can apply in everyday life on reproductive health in particular on the prevention of vaginal discharge / leukorrhea .

Key words : Leukorrhea


PENDAHULUAN

Pendidikan kesehatan reproduksi remaja pada jalur formal dan non formal, pada dasarnya bertujuan untuk membekali remaja baik pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi maupun keterampilan rasa tanggung jawab yang besar menyangkut fungsi reproduksi mereka. Dengan bekal pengetahuan, keterampilan dan tanggung jawab tersebut diharapkan para remaja mampu meningkatkan kualitas hidupnya (Depkes, 2005).
Masa remaja merupakan masa yang khusus dan penting, pada masa ini merupakan periode kematangan organ reproduksi manusia atau periode peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh perubahan fisik, emosi, dan psikis. Ciri perkembangan masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yaitu masa remaja awal (10-12 tahun), masa remaja tengah (13 – 15 tahun), dan masa remaja akhir (16 – 19 tahun) (Miller, 2002).
       Ketika masa usia remaja biasanya gangguan kesehatan sudah mulai timbul, terutama pada remaja wanita yang sering mengalami gangguan penyakit pada organ reproduksinya. Penyakit yang biasa terjadi adalah trikomoniasis, veginosis bakterial, kandidiasis vulvovaginosis, gonore, klammidia, sifilis, ulkus mole. Salah satu gejala dan tanda-tanda penyakit infeksi organ reproduksi wanita adalah terjadinya keputihan abnormal. Keputihan abnormal adalah salah satu masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Keputihan abnormal (Flour Albus) adalah cairan berlebihan yang keluar dari vagina (Dwiana, 2008).
    Keputihan adalah penyakit yang biasa tapi kenyataannya penyakit ini sulit untuk disembuhkan. Di dunia penyakit ini menyerang sekitar 50% populasi perempuan dan mengenai hampir pada semua umur terutama pada remaja, data ini menunjukan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalami sebanyak dua kali atau lebih kejadian keputihan (Putu, 2009).
    Wanita di Indonesia yang mengalami keputihan sangat banyak yaitu 75%, ini berbeda dengan Eropa yang hanya 25% saja. Kondisi cuaca Indonesia yang lembab menjadi salah satu penyebab banyaknya wanita Indonesia yang mengalami keputihan, berbeda dengan Eropa yang hawanya kering sehingga wanita tidak mudah terinfeksi jamur (Elistiawati, 2007).
    Keputihan (Leukorrhea atau Fluor Albus) adalah istilah untuk menggambarkan keluarnya cairan selain darah dari vagina dan diperkirakan semua wanita pernah mengalami keputihan terutama pada usia reproduktif. Ada dua jenis keputihan, yaitu keputihan fisiologis yang normal dialami semua wanita seperti dijumpai pada saat ovulasi, saat menjelang dan setelah haid, rangsangan seksual, dan dalam kehamilan. Keputihan patologis dengan gejala yang berlangsung lama, terjadi berulang, jumlahnya berlebihan, baunya busuk, dan menimbulkan nyeri, panas, gatal hingga mengarah keganasan. Keputihan dapat menyebabkan munculnya rasa tidak nyaman yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri seorang wanita terutama remaja putri. Oleh karena itu, pengetahuan yang dimiliki oleh remaja putri tentang pencegahan dan mengatasi keputihan sangatlah berpengaruh (Depkes, 2009).
    Banyak orang menganggap bahwa keputihan atau leukorhea hanya kondisi yang normal saja. Padahal keputihan bisa saja merupakan tanda infeksi oleh bakteri, jamur, parasit dan virus. Keputihan juga dapat terjadi karena menderita sakit dalam waktu lama, kurang gizi, anemia, kurangnya personal hygiene sehingga berakibat jamur atau parasit (Rozanah, 2003).
    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keputihan, yaitu faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen antara lain dipicu oleh kehamilan, pemakaian alat kontrasepsi dan penyakit kronik. Sedangkan faktor eksogen meliputi daerah kemaluan yang lembab, personal hygiene, pemakaian pembersih vagina, kondisi tubuh kelelahan atau stress yang dapat menimbulkan bendungan pada pembuluh-pembuluh darah di daerah panggul, sehingga pengeluaran cairan oleh kelenjar-kelenjar di panggul meningkat dan menimbulkan keputihan (Zubier, 2009). Penyebab lain yang paling dominan untuk terjadinya keputihan adalah wanita yang terbiasa menggunakan pakaian dalam (celana dalam,  korset, stoking), atau pakaian olahraga yang ketat dan terbuat dari bahan yang tidak menyerap keringat. Hal itu dapat mengakibatkan keadaan yang selalu hangat dan lembab di daerah vulva dan vagina. Selain faktor-faktor tersebut faktor keluarga juga dapat mempengaruhi antara lain status sosial dan ekonomi, status pendidikan dan fasilitas hygiene sanitasi keluarga (Kasetyaningsih, 2003).
   Survey awal  yang dilakukan, mendapatkan jumlah seluruh mahasiswi yang ada di Asrama Akademi Kebidanan Nusantara Indonesia Lubuklinggau berjumlah 69 orang mahasiswi yang terbagi dalam 2 kelas yaitu mahasiswi tingkat I yang berjumlah 42 orang mahasiswi dan tingkat II yang berjumlah 27 orang mahasiswi. Untuk mahasiswi tingkat III yang berjumlah 61 orang mahasiswi tidak tinggal di asrama. Dari 50 orang mahasiswi yang ada di asrama, ternyata terdapat 35 orang mahasiswi yang mengalami keputihan yang menggangu (65,2%). Melihat hasil survey awal tersebut, menimbulkan ketertarikan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang berperan menimbulkan kejadian keputihan tersebut, mengingat yang menjadi responden adalah mahasiswi jurusan kesehatan (kebidanan) yang menurut asumsi peneliti, sedikit banyaknya mereka telah mengetahui mengenai kesehatan reproduksi karena mereka sudah duduk di perkuliahan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah diskriptif yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang mengukur dan mengumpulkan variabel sebab atau resiko (independen) dan variabel akibat atau kasus (dependen) secara simultan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).
Populasi sebanyak 69 mahasiswa yang terdiri atas Tingkat I berjumlah 42 orang, Tingkat II 27 orang.  Tingkat III  berjumlah 61 orang tidak menjadi populasi pada penelitian karena tidak tinggal di asrama dan sudah mendapatkan materi Ilmu Kandungan sehingga mereka sudah tahu tentang keputihan dan akibatnya. Jadi, mereka diharapkan sudah dapat menjaga kebersihan pribadi masing-masing.
Data primer pada penelitian ini diperoleh dengan pengisian kuesioner yang di adopsi dari Esterina (2008). Variabel independen pada penelitian ini yaitu pengetahuan dan personal hygiene, sedangkan variabel dependen yaitu kejadian leukorrhea/keputihan. Hubungan terhadap dua variabel independen dan dependen yang diduga berhubungan atau korelasi yaitu antara pengetahuan dan personal hygiene (variabel independen) dengan kejadian leukorhea/keputihan (variabel dependen) dilakukan pengujian statistik dengan Chi-square .
Untuk menguji tingkat kemaknaan α = 0,05 didapatkan  nilai ρ value ≤ 0.05 artinya ada hubungan bermakna antara kedua variabel tersebut, namun jika nilai ρ value > 0,05 artinya tidak ada hubungan bermakna antara kedua variabel tersebut (Budiarto, 2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa lebih dari sebagian (55,1 %) mempunyai pengetahuan kurang tentang kejadian leukorea , dan lebih dari sebagian (59,4%) mempunyai personal hygienis yang kurang. Data kejadian leukore menunjukan kejadian leukorrhea yang normal pada mahasiswi Akademi Kebidanan Nusantara Indonesia Lubuklinggau lebih kecil (46,4%) jika dibandingkan dengan kejadian leukorrhea yang tidak normal sebesar 53,6 % dari 69 orang mahasiswi
Hasil uji statistik chi square didapatkan nilai ρ Value 0,001 lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukan ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kejadian leukorrhea. Dengan demikian, hipotesis yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kejadian leukorrhea terbukti secara statistik.

PEMBAHASAN

Kejadian Leukorrhea  pada mahasiswi yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah 69 orang mahasiswi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kejadian leukorrhea atau keputihan normal pada mahasiswi di Asrama Kebidanan Nusantara Indonesia Lubuklinggau sebesar 46,4% sedangkan mahasiswi yang mengalami kejadian leukorrhea tidak normal sebesar 53,6%. Hal ini terlihat dari hasil kuesioner yang dibagikan dimana mahasiswi yang banyak mengalami kejadian keputihan/leukorrhea  tidak normal ternyata banyak dialami oleh mahasiswi yang tingkat I yang mempunyai jadwal belajar yang sangat padat. Hal ini sangat menyita waktu dan tenaga serta pikiran mahasiswi. Di Akademi Kebidanan Nusantara Indonesia melakukan kegiatan belajar mengajar dimulai dari pukul 07.30 Wib sampai dengan pukul 16.00 Wib, dan dilanjutkan lagi untuk kegiatan extra kurikuler. Dengan adanya kegiatan belajar yang cukup lama tersebut bisa menyita waktu mahasiswi untuk memperhatikan personal hygiene dan menyebabkan kondisi tubuh kelelahan dan menjadi lemah sehingga bisa menimbulkan kelembaban di daerah kewanitaan mahasiswi yang bisa menyebabkan terjadinya keputihan/leukorrhea. Zubier (2009) mengemukakan kondisi tubuh yang kelelahan atau stress dapat menimbulkan bendungan pada pembuluh-pembuluh darah di daerah panggul, sehingga pengeluaran cairan oleh kelenjar-kelenjar di panggul meningkat dan menimbulkan keputihan/leukorrhea.
Leukorrhea terjadi bisa juga karena anggapan bahwa leukorrhea hanya bersifat fisiologis padahal leukorrhea dapat juga bersifat patologis tetapi  kebanyakan remaja putri mengabaikan kejadian tersebut dan tidak melakukan tindakan apapun untuk mengatasinya dan hanya diabaikan. Kejadian leukorrhea normal apabila tidak ditindak lanjuti segera akan menimbulkan masalah yang komplek mulai dari masalah kesehatan sampai pada keadaan psikis. Leukorrhea dinilai sebagai sesuatu yang sangat pribadi dan memalukan serta menimbulkan rasa ketidak nyamanan pada kehidupan sehari-hari apalagi wanita yang sudah menikah dapat mengganggu kehidupan dalam berumah tangga sehingga memungkinkan ketidak harmonisan dalam rumah tangga. Kejadian leukorrhea yang didiamkan lama kelamaan akan semakin parah dan dapat menyebabkan kemandulan. Jika leukorrhea tidak diobati secara tuntas maka infeksi dapat merambah ke rongga rahim kemudian ke saluran telur sampai ke indung telur dan akhirnya dapat merambah ke rongga panggul dan bisa juga menimbulkan penyakit kanker pada organ reproduksi wanita. 
 Kejadian leukorrhea yang ditemukan peneliti pernah juga dilakukan oleh Esterina (2008) yang menemukan kejadian leukorrhea normal sebesar 52,1% dan kejadian leukorrhea tidak normal pada mahasiswi sebesar 47,9%.Leukorrhea terjadi bisa disebabkan karena pengetahuan tentang apa itu leuokorrhea dan bagaimana pencegahan agar tidak terjadi leukorrhea masih kurang. Selain pengetahuan keputihan/leukorrhea juga bisa disebabkan oleh cara atau kebiasaan personal hygiene yang kurang yang bisa mengakibatkan bakteri dapat mudah berkembangbiak sehingga kemungkinan adanya infeksi yang timbul karena bakteri dan jamur di daerah kemaluan remaja putri. Rozanah (2003), menyatakan  keputihan tidak normal biasanya terjadi karena infeksi jamur, parasit atau bakteri.
 Selain kejadian leukorrhea, hasil penelitian didapatkan proporsi mahasiswi yang pengetahuan kurang mengalami kejadian leukorrhea sebesar 73,7% lebih besar bila dibandingkan dengan proporsi mahasiswi pengetahuan baik yang mengalami kejadian leukorrhea tidak normal sebesar 26,3%.
Penelitian ini memperoleh hasil dari kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswi di asrama Akademi Kebidanan Nusantara Indonesia terlihat yang mempunyai pengetahuan baik tentang keputihan/leukorrhea itu kebanyakan mahasiswi yang berada di tingkat II, hal ini bisa saja terjadi dikarenakan mahasiswi yang tingkat II sudah banyak menerima materi mengenai keputihan/leukorrhea dibandingkan dengan mahasiswi yang tingkat I yang masih sedikit menerima materi tentang keputihan/leukorrhea dikarenakan mereka baru menerima materi tentang kesehatan dasar.  
Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai ρ Value 0,001, hal ini menunjukan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kejadian leukorrhea Berdasarkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa kejadian leukorrhea pada mahasiswi di asrama Akademi Kebidanan Nusantara Indonesia Lubuklinggau dipengaruhi oleh pengetahuan. Hal ini disebabkan pengetahuan sangat berpengaruh terhadap pribadi dan prilaku seseorang. Pengetahuan kurang dapat menyebabkan mahasiswi kurang mendapatkan informasi yang cukup dan benar dan mereka akhirnya tidak tahu bahwa leukorrhea tidak hanya bersifat fisiologis saja tetapi juga dapat bersifat patologis. Selain itu juga pengetahuan yang kurang mempengaruhi pengetahuan tentang leukorrhea. Hal ini menyebabkan mahasiswi tidak mengetahui apa itu leukorrhea dan bagaimana cara mengatasinya dan apa dampak dari leukorrhea itu sendiri.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti juga didapat ada 10 orang mahasiswi yang walaupun berpengetahuan kurang tetapi mengalami kejadian
keputihan/leukorrhea yang normal. Hal ini bisa saja terjadi karena kondisi fisik dari 10 orang mahasiswi ini memang sangat baik dan dalam kehidupannya sudah tertanam kebiasaan dalam dirinya untuk berpola hidup bersih dari sejak kecil walaupun dia tidak tahu tentang leukorrhea apa penyebab dan akibat dari leukorrhea tetapi secara tidak disadari bahwa mahasiswi sudah melakukan pencegah terhadap kejadian leukorrhea dengan kebiasaan untuk melakukan kebersihan dirinya dengan baik.
Dalam penelitian ini pengetahuan merupakan salah satu penyebab terjadi leukorrhea yang tidak normal dan dari hasil analisis didapat nilai OR 6.844 (CI : 2.372 - 19.748) yang artinya pengetahuan kurang mempunyai peluang 6.844 kali terhadap kejadian leukorrhea tidak normal dibandingkan dengan pengetahuan baik.
Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan Wishnuwardani (2005) bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap terjadinya leukorrhea. Karena dengan pengetahuan tentang keputihan/leukorrhea seseorang bisa mencegah agar tidak terkena keputihan/leukorrhea yang abnormal yang bila didiamkan dapat menimbulkan berbagai penyakit terutama pada alat genitalia.
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti berbanding terbalik dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Apriani (2008) yaitu pengetahuan kurang yang mengalami kejadian leukorrhea tidak normal sebesar 57,1% sedangkan pengetahuan baik yang mengalami kejadian leukorrhea tidak normal sebesar 28,9% dengan  ρ Value 0,438 berarti tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kejadian leukorrhea yang menyatakan bahwa makin kurang pengetahuan seseorang maka makin kurang mendapatkan informasi tentang leukorrhea.
Hasil dari penelitian Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Leukorrhea yang dilakukan menunjukan proporsi mahasiswi yang personal hygiene kurang mengalami kejadian leukorrhea tidak normal sebanyak 85,4% lebih besar bila dibandingkan dengan proporsi mahasiswi personal hygiene bersih yang mengalami kejadian leukorrhea tidak normal sebesar 7,1%. Berdasarkan hasil kuesioner yang diterima peneliti, terlihat sekali dimana mahasiswi yang personal hygiene kurang yang mengalami kejadian keputihan/leukorrhea tidak normal banyak terjadi pada mahasiswi yang masih berada di tingkat I, kemungkinan hal ini terjadi dikarenakan padatnya jam belajar mahasiswi yang banyak menyita waktu mereka sehingga mereka kurang memperhatikan personal hygiene mereka sendiri dan kurang tersedianya air bersih yang mengalir di setiap kamar mandi yang ada di Asrama Kebidanan Nusantara Indonesia selain itu kejadian tersebut bisa saja terjadi dikarenakan materi personal hygiene yang masih belum banyak mereka terima dan pahami. Hasil uji statistik didapatkan nilai ρ Value 0,000 lebih kecil dari 0,05 hal ini menunjukan ada hubungan bermakna antara personal hygiene dengan kejadian leukorrhea. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa kejadian leukorrhea dipengaruhi oleh personal hygiene.  
Pada penelitian yang dilakukan, terdapat 6 orang mahasiswi yang walaupun personal hygiene kurang tetapi mengalami kejadian keputihan/leukorrhea normal. Peristiwa ini terjadi kemungkinan karena adanya daya tahan tubuh yang kuat yang bisa  membentuk antibodi yang tinggi dalam dirinya sehingga tidak ada akses kuman atau bakteri untuk berkembang biak di dalam dirinya terutama pada organ reproduksi.
Pada penelitian ini personal hygiene merupakan salah satu penyebab terjadi leukorrhea yang tidak normal. Hasil analisis didapat  nilai OR 75.833 (CI : 14.150 - 406.413) yang artinya personal hygiene kurang mempunyai peluang 75.833 kali terhadap kejadian leukorrhea tidak normal dibandingkan dengan personal hygiene bersih.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Madjawati (2002), yang menyatakan bahwa personal hygiene kurang yang mengalami kejadian leukorrhea tidak normal sebesar 61,1% sedangkan personal hygiene baik yang mengalami kejadian leukorrhea tidak normal sebesar 40% sesuai dengan teori yang dinyatakan Agustini (2007) yang menyatakan bahwa personal hygiene kurang dapat mudah terkena leukorrhea tidak normal dibandingkan dengan personal hygiene bersih, karena hygiene seseorang yang buruk mempengaruhi terjadinya leukorrhea agar personal hygiene genitalia terawat dengan baik, sebaiknya harus tetap menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan tetap menjaga alat genitalia tetap kering dengan cara selalu cebok dan mengeringkan daerah genitalia dengan tissu bersih atau kain yang bersih setelah BAK dan BAB, mengganti celana dalam paling sedikit 3x dalam sehari, menggunakan celana tidak terlalu ketat yang terbuat dari bahan yang menyerap keringat, dan biasakan mengganti pembalut pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak minimal 3x dalam sehari.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Mahasiswi di Asrama Akademi Kebidanan Nusantara Indonesia Tahun 2011 lebih dari sebagian  pengetahuan baik,  Personal hygiene yang kurang, dan mengalami kejadian leukorrhea yang tidak normal serta ada hubungan antara Pengetahuan dan Personal hygiene  dengan  kejadian leukorrhea

SARAN

Disarankan supaya mahasiswi di Asrama Akademi Kebidanan Nusantara Indonesia : 1). meningkatkan pengetahuan mereka dengan sering membaca buku-buku tentang reproduksi wanita yang ada diperpustakaan asrama, 2). dalam kehidupan sehari-hari dapat menjaga personal hygiene mereka dan menjaga kesehatan reproduksi khususnya tentang pencegahan keputihan/leukorrhea. 3). Akademik memberikan materi dari semester awal tentang leukorrhea lebih banyak sehingga mahasiswi tingkat I sudah banyak memperoleh informasi tentang leukorrhea. 4). memberikan waktu istirahat yang cukup kepada mahasiswi sehingga mereka mempunyai waktu untuk menjaga personal hygiene secara optimal.  5). menyediakan air bersih yang mengalir pada setiap kamar mandi yang ada di asrama. 6). bisa memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang leukorrhea dan personal hygiene yang baik pada saat melakukan praktek lapangan nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Sheila. 2007. Keputihan Si Putih yang Mengganggu. (www.google.com di     akses 30 Desember 2010)
Ahmad. 2007. Pengetahuan Siswi SMA Muhammadiyah Palembang. UNSRI, Palembang, Skripsi
Ambarwati, Eny Retna. 2009. KDPK Kebidanan. Jogja : Nuha Medika
Anggriyana. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Jogja : Nuha Medika
Apriani, Siska. 2009. Hub Pengetahuan dan Personal Hygiene dengan Kejadian keputihan pd remaja di asrama Poltekkes Palembang. UNSRI, Palembang, Skripsi
Arikunto. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
BKKBN. 2001. Tumbuh Kembang Remaja. (www.BKKBN.go.id diakses 30 Desember 2010)
_______. 2004. 75 % Perempuan di Dunia pernah Keputihan. (www.BKKBN.go.id diakses 30 Desember 2010)
____________. Perlukah Bilas Vagin. (www.BKKBN.go.id diakses 30 Desember 2010).
Depkes. 2005. Profil Indonesia Sehat. Cetakan I, Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
______, 2008. Pedoman Operasional Pelayanan Kes Reproduksi. Cetakan I, Bina Kes Masy, Jkt.
______,2009.Keputihan. (www.life.com diakses 1 Januari 2011)
Derek Miller. 2002. Kesehatan Reproduksiwanita. (www.life.com diakses 1 Januari 2011)
Dwiana. 2008. Wanita. (www.life.com diakses 5 Januari 2011)
Elistiawaty. 2007. 75 % Wanita RI Alami Keputihan. (www.detiknews.com diakses 5 Januari 2011)
Esterina, Yana.2007. Hubungan  Pengetahuan dan Personal Hygiene Remaja Putri Dg Kejadian keputihan di SMA 2 Muara Beliti. UNSRI, Palembang, Skripsi
Kasetyaningsih, Tri Wulandari. 2003. Prevalensi Trichomoniasis pd Leukorrhea dan Faktor resikoyg Berhubungan dg Kondisi Klg. Majalah Eberrs Papyrus
Madjawati. 2002. Prevalensi Kandidiasis Pd Leukorrhea dg Personal Hygiene. UGM, Jogjakarta, Skripsi
Manuaba, Ida Bagus. 2001. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB utk Pendidikan Bidan. Jkt : EGC
Mursal, Ricky Apriadi. 2005. Pengetahuan dan Persepsi Siswi SMU Negeri 17 Plus Palembang tentang Leukorrhea. Universitas Sriwijaya, Palembang, Skripsi
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Putu. 2009. Jangan Anggap Enteng Keputihan. (www.Balipost.co.id diakses 5 Januari 2011)
Ramali, Ahmad. 2007. Kamus Kedokteran. Jakarta : Pjambatan,
Rejeki, Sri. 2010. Kesehatan Reproduksi Remaja. (www.google.com diakses 5 Januari 2011)
Rozanah, Astri. 2003. Keputihan Kenali Penyebabnya. (www.republika.co.id diakses 1 Januari 2011)
Uliyah. 2006. Kejadian Keputihan. (www.life.com diakses 5 Januari 2011)
Widiyanti, Endang Sri. 2007. Wanita Alami Keputihan, Apa penyebabnya?. (www.google.com diakses 1 Januari 2011)
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Yay Bina Pustaka, Jkt.
Wishnu, wardhani. 2005. Hubungan Pengetahuan dengan Keputihan. (www.google.com diakses 5 Januari 2011)
Zubier. 2009.  Kebiasaan Yg Menyebabkan Keputihan. (www.google.com diakses 1 Januari 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar